IkutinIkutinIkutin
  • Ekonomi
  • Tren
  • Teknologi
  • Newsletter
  • Data Pasar
  • Lowongan
  • Kontak
IkutinIkutin
  • Ekonomi
  • Tren
  • Teknologi
  • Newsletter
  • Data Pasar
  • Lowongan
  • Kontak
Jelajah
  • Ekonomi
  • Tren
  • Teknologi
  • Newsletter
  • Data Pasar
  • Lowongan
  • Kontak
Follow US
2024 ©️ Fawz Finansial Indonesia. All Rights Reserved.
Newsletter

Newsletter – 15 Mei 2025

By Richie Leonel Tanjaya 4 days ago Newsletter
Image source: AP/ ajaib.co.id
SHARE

PT Fawz Finansial Indonesia
NEWSLETTER
15 Mei 2025

1-Mei-25 15-Mei-25 Perbedaan %
IHSG 6.766,8 7.040,6 273,36 4,04%
LQ45 761,52 796,42 34,9 4,58%
EIDO 17,3 18,27 0,97 5,61%
Japan Nikkei 225 36.550 37.810 1260 3,45%
Shanghai CI 3.280,22 3.380,82 100,612 3,07%
Dow Jones 40.685 42.343 1658 4,08%
Nasdaq 19.696 21.335 1639 8,32%
Emas 3.238,93 3.240,14 1,21 0,04%

Highlight Berita Penting Selama Dua Pekan Terakhir

Image source: AP/ cnbcindonesia.com

Penahanan Suku Bunga The Fed Kian Persempit Ruang Gerak Bank Indonesia di Tengah Ekonomi yang Melemah

Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, kembali memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya di kisaran 4,25–4,5 persen dalam pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang berlangsung pada 6–7 Mei 2025 di Washington, D.C. Keputusan ini diumumkan pada Rabu malam waktu setempat atau Kamis pagi waktu Indonesia (8 Mei 2025). Ini menjadi kali ketiga sejak awal 2025 The Fed belum juga menurunkan suku bunga acuannya, di tengah ekspektasi pelonggaran yang semakin memudar. Ketegangan dalam kebijakan perdagangan, tekanan inflasi, serta meningkatnya angka pengangguran di AS menjadi alasan utama kehati-hatian The Fed untuk tetap bersikap wait and see.

Gubernur The Fed, Jerome Powell, menyatakan bahwa ketidakpastian global, terutama akibat kebijakan tarif impor yang diberlakukan Presiden Donald Trump, mendorong kehati-hatian dalam menentukan arah kebijakan moneter. Meskipun perekonomian AS secara umum masih solid, The Fed menilai bahwa kebijakan saat ini tetap relevan dalam menjaga fleksibilitas untuk merespons dinamika ekonomi yang dapat berubah sewaktu-waktu. Powell juga menegaskan bahwa independensi The Fed tetap dijaga, meskipun Presiden Trump secara terbuka mengecam dan mendesak pemangkasan suku bunga demi mendorong pertumbuhan ekonomi.

Bagi Indonesia, keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga tinggi memberikan tantangan tersendiri, terutama bagi Bank Indonesia (BI) yang tengah dihadapkan pada dilema kebijakan. Di satu sisi, BI perlu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah yang rentan terhadap tekanan eksternal, sementara di sisi lain, perekonomian domestik memerlukan stimulus tambahan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2025 tercatat melambat ke level 4,87 persen secara tahunan—yang merupakan titik terlemah sejak 2021. Ini menandakan perlambatan nyata yang memerlukan respons kebijakan fiskal dan moneter yang lebih ekspansif.

Namun demikian, ruang bagi BI untuk menurunkan suku bunga kian terbatas. Senior Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia, Fithra Faisal Hastiadi, menilai bahwa stabilitas rupiah dan risiko inflasi impor membuat BI sulit melakukan pelonggaran dalam waktu dekat. Selain pengaruh suku bunga tinggi di AS, sentimen negatif dari pelemahan yuan Tiongkok serta dinamika geopolitik regional juga turut memperkuat arus keluar modal asing dari pasar domestik. BI, menurutnya, kemungkinan besar akan mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75 persen hingga awal 2026, kecuali ada perubahan signifikan dalam arah kebijakan The Fed.

Lebih lanjut, turunnya cadangan devisa Indonesia sebesar 4,6 miliar dolar AS menjadi 152,5 miliar dolar AS per akhir April 2025 turut menjadi indikator bahwa BI telah melakukan intervensi aktif untuk meredam volatilitas nilai tukar. Selain intervensi di pasar valas, penurunan cadangan devisa juga mencerminkan pembayaran kewajiban utang luar negeri. Ke depan, Fithra menilai strategi intervensi BI akan terus berlanjut seiring tingginya ketidakpastian global yang meliputi arah kebijakan moneter The Fed, tensi perdagangan AS-Tiongkok, serta potensi gejolak di pasar modal global.

Dari sisi kebijakan domestik, BI melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 22–23 April 2025 memutuskan untuk tetap mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate di level 5,75 persen. Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan bahwa keputusan tersebut mempertimbangkan kondisi inflasi yang masih terkendali, perlunya menjaga nilai tukar, dan tetap memberikan ruang untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Perry juga menyampaikan bahwa BI akan terus memantau perkembangan global dan domestik secara cermat untuk menentukan waktu yang tepat dalam mempertimbangkan penurunan suku bunga lebih lanjut. Strategi ini mencerminkan pendekatan yang berhati-hati dalam menjaga keseimbangan antara stabilitas makroekonomi dan kebutuhan untuk menggerakkan roda perekonomian nasional.

Image source: AP/ cnbc.com

AS dan China Sepakat Turunkan Tarif Selama 90 Hari, Perang Dagang Mereda Sementara

Amerika Serikat dan China akhirnya mencapai kesepakatan penting untuk meredakan ketegangan perdagangan yang telah berlangsung bertahun-tahun. Mulai Rabu (14/5/2025) dini hari waktu setempat, kedua negara akan mulai mencabut sebagian besar tarif yang sebelumnya dikenakan terhadap barang satu sama lain. Kesepakatan ini tercapai usai pertemuan intensif di Jenewa, Swiss, akhir pekan lalu, yang disebut berhasil menghasilkan cetak biru baru dalam hubungan perdagangan AS-China.

Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa pihaknya kini memiliki kerangka kesepakatan yang “sangat, sangat kuat” dengan China. Ia menyebut bahwa inti utama dari kesepakatan tersebut adalah terbukanya akses ekonomi China bagi pelaku bisnis Amerika. Dalam wawancara dengan Fox News yang disiarkan pada Selasa waktu setempat, Trump menekankan bahwa keterbukaan tersebut merupakan komponen paling menarik dari perjanjian tersebut, meskipun ia tidak memberikan rincian lebih lanjut. Komentar tersebut disampaikan saat Trump berada di atas Air Force One dalam perjalanan menuju Timur Tengah.

Tarif besar-besaran yang sebelumnya diberlakukan telah memberikan pukulan telak bagi kedua negara. Di bawah kepemimpinan Trump, AS menaikkan tarif impor atas produk-produk China hingga 145%, bahkan mencapai 245% pada beberapa kategori. Sebagai balasan, China memberlakukan tarif yang juga sangat tinggi. Dampaknya, miliaran dolar menguap dari pasar ekuitas global dan banyak perusahaan multinasional mengalami gangguan serius dalam rantai pasokan mereka.

Berdasarkan kesepakatan terbaru, AS setuju untuk menurunkan tarifnya hingga 30% atas barang-barang China, sedangkan China sepakat memangkas tarifnya sebesar 10% dari level yang sebelumnya berada di atas 100%. Penurunan tarif ini secara resmi akan berlaku mulai tengah malam waktu Washington pada hari Rabu. Momen ini menjadi tonggak penting dalam menurunkan suhu perang dagang dan diharapkan mampu memberikan kelegaan sementara bagi sektor perdagangan global.

Namun, kesepakatan ini masih bersifat sementara dengan jangka waktu 90 hari, dan risiko eskalasi baru masih mengintai. Analis menilai bahwa tarif tambahan AS yang masih lebih tinggi dibandingkan tarif balasan China dapat kembali memicu ketegangan, terutama menyangkut keluhan AS terkait ekspor bahan kimia asal China yang digunakan untuk membuat fentanyl. Meskipun China membantah tuduhan tersebut, Washington tetap mendesak agar Beijing mengambil langkah lebih serius.

Dalam pernyataan terpisah, Beijing memperingatkan agar AS tidak terus menyalahkan dan menjelek-jelekkan China. Ketegangan diplomatik yang belum sepenuhnya reda ini menambah elemen ketidakpastian terhadap stabilitas jangka panjang dari kesepakatan yang baru saja dicapai.

Kepala Ekonom dari The Economist Intelligence Unit, Yue Su, mengatakan bahwa meski pengurangan tarif ini patut disambut positif, potensi eskalasi lanjutan masih tinggi. Penurunan tarif lebih lanjut kemungkinan akan sulit dicapai karena tekanan politik domestik di kedua negara serta masalah struktural yang belum terselesaikan.

Secara ekonomi, baik AS maupun China telah sama-sama merasakan dampak negatif dari perang tarif. Di pihak China, ketidakpastian perdagangan menambah beban terhadap perekonomian yang tengah terpukul oleh krisis properti dan lemahnya konsumsi domestik. Sedangkan di AS, banyak perusahaan manufaktur dan distribusi yang bergantung pada komponen asal China mengalami lonjakan biaya dan gangguan logistik.

Dengan latar belakang tersebut, de-eskalasi tarif ini diharapkan dapat meredakan tekanan jangka pendek terhadap sektor industri dan perdagangan global. Namun, ketidakpastian kebijakan pasca-90 hari ke depan tetap menjadi perhatian utama bagi pelaku pasar dan pembuat kebijakan di seluruh dunia.

Image source: AP/ investor.id

Tambahan Anggaran Kementerian PU Jadi Angin Segar bagi UMKM Konstruksi, Gapensi Sambut Positif

Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) menyambut positif keputusan pemerintah yang menambah pagu anggaran Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tahun 2025 dari sebelumnya Rp50,48 triliun menjadi Rp73,68 triliun. Penambahan anggaran sebesar Rp23 triliun ini dinilai menjadi momentum penting untuk menghidupkan kembali optimisme pelaku usaha konstruksi, khususnya sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang selama ini menjadi tulang punggung sektor tersebut.

Ketua Umum Gapensi, Andi Rukman N. Karumpa, mengungkapkan bahwa keputusan ini menjadi harapan baru bagi sektor konstruksi nasional. Ia menilai bahwa dana tambahan ini tidak hanya memperpanjang napas para pelaku usaha konstruksi, tetapi juga menjadi semangat baru untuk kembali bersinergi dengan pemerintah dalam mempercepat pembangunan infrastruktur di berbagai wilayah Indonesia. Menurutnya, sekitar 77% pelaku usaha konstruksi saat ini berasal dari kalangan UMKM, sehingga kebijakan fiskal ini dipastikan akan memberikan stimulus positif terhadap kelangsungan bisnis mereka.

Kebijakan penambahan anggaran ini juga hadir di tengah bayang-bayang pelaksanaan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 tentang Efisiensi Belanja APBN, yang sempat memberikan sentimen negatif pada prospek proyek-proyek infrastruktur. Dengan adanya tambahan anggaran ini, Gapensi meyakini bahwa pemerintah tetap menaruh perhatian serius pada keberlanjutan proyek strategis nasional yang menjadi motor penggerak ekonomi, baik secara langsung maupun melalui efek berganda terhadap sektor lainnya.

Lebih lanjut, Andi menekankan bahwa dana tambahan yang digelontorkan pemerintah ini akan diarahkan untuk proyek-proyek prioritas yang menyentuh kehidupan masyarakat secara langsung. Di antaranya adalah pembangunan infrastruktur pendidikan, konektivitas jalan, serta layanan kesehatan. Ia menilai bahwa tambahan anggaran ini sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto dalam Asta Cita, yang mengedepankan pembangunan infrastruktur berkeadilan, khususnya dalam bidang pendidikan sebagai pondasi pembangunan manusia.

Dari sisi legislatif, Ketua Komisi V DPR RI, Lasarus, mengonfirmasi bahwa salah satu fokus utama dari tambahan pagu anggaran Kementerian PU adalah pada program preservasi jalan. Program ini bertujuan untuk menjaga kemantapan dan keberlanjutan infrastruktur jalan daerah yang selama ini menjadi urat nadi distribusi ekonomi nasional. Penambahan anggaran ini telah disetujui DPR RI pada 7 Mei 2025 sebagai tindak lanjut dari Surat Menteri Keuangan Nomor S-37/MK.02/2025 tentang penetapan anggaran efisiensi kementerian.

Dengan kebijakan ini, pelaku sektor konstruksi berharap implementasi di lapangan akan tepat sasaran dan mampu menggerakkan kembali roda ekonomi lokal melalui pelibatan UMKM konstruksi secara lebih luas. Selain memperkuat struktur ekonomi nasional, langkah ini juga menjadi upaya konkret pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja dan mempercepat pemerataan pembangunan infrastruktur di seluruh pelosok negeri.

Image source: AP/ thehindu.com

MD Entertainment Waspadai Dampak Tarif 100% Film Impor AS, Serukan Dukungan Pemerintah

MD Entertainment menyatakan keprihatinannya terhadap wacana kebijakan tarif 100% yang tengah dipertimbangkan oleh Pemerintah Amerika Serikat terhadap film-film impor. Kebijakan proteksionis ini dinilai dapat menjadi hambatan serius bagi industri film Indonesia dalam menembus pasar internasional, khususnya pasar AS yang selama ini dianggap strategis, baik dari sisi bisnis maupun nilai simbolis global.

Chief Communications Officer MD Entertainment, Astrid Suryatenggara, menegaskan bahwa pasar AS memegang peran penting dalam strategi globalisasi konten Indonesia. Menurutnya, kebijakan tarif tinggi seperti itu bisa memperlambat momentum positif industri perfilman nasional yang sedang berkembang dan mendapatkan pengakuan internasional. Ia menambahkan bahwa keputusan tersebut belum final karena Presiden AS Donald Trump masih dijadwalkan bertemu dengan para pelaku industri film sebelum kebijakan resmi diumumkan. Hal ini menjadi celah penting untuk advokasi dan diplomasi.

MD Entertainment sendiri terus mencermati perkembangan wacana kebijakan tersebut. Astrid menekankan bahwa pihaknya siap untuk beradaptasi, namun juga berharap ada kehadiran nyata dari pemerintah Indonesia untuk mendampingi dan memperkuat posisi pelaku industri dalam menghadapi tantangan kebijakan global seperti ini. “Kami butuh negara hadir untuk industri film, menjadi jembatan dan memberikan support maksimal bagi kami,” tegasnya.

MD juga menunjukkan bahwa mereka telah lama berinvestasi dalam produksi film dengan standar internasional. Contohnya adalah peluncuran film Badarawuhi dan Pabrik Gula dalam format IMAX yang tidak hanya dirilis di Indonesia, tetapi juga menggelar gala premiere dan penayangan di bioskop AS. Selain itu, serial produksi MD seperti Layangan Putus (WeTV) telah sukses viral di 25 negara, dan film Setetes Embun Cinta Niyala bahkan menduduki peringkat 1 di daftar Top 10 Netflix Global di 40 negara pada musim Lebaran lalu.

Dalam konteks tersebut, potensi tarif 100% dari Pemerintah AS dapat menjadi penghalang baru dalam proses ekspansi global industri kreatif nasional. Oleh karena itu, MD Entertainment menyerukan agar pemerintah Indonesia memperkuat dukungan terhadap industri film sebagai aset budaya sekaligus potensi ekonomi ekspor yang semakin relevan dalam ekonomi digital global.

Watchlist Saham

Image source: AP/ aspek.id

1. JSMR

Ikhtisar Perusahaan
PT Jasa Marga (Persero) Tbk mengembangkan, membangun, mengoperasikan, mengelola, dan memelihara jalan tol di Indonesia. Perusahaan ini menawarkan layanan konstruksi dan pemeliharaan jalan. Perusahaan ini juga menyewakan peralatan dan kendaraan jalan tol; memegang konsesi jalan tol, serta mengembangkan dan membangun properti real estat, termasuk perumahan, gedung perkantoran, dan apartemen; dan mengelola tempat istirahat. Perusahaan ini berkantor pusat di Jakarta, Indonesia.

Lini Bisnis (Data 2023)
1. Jalan Tol
– Pendapatan: Rp17,18 triliun
– Kontribusi terhadap total pendapatan: Sekitar 59,8%
– Deskripsi: Segmen ini merupakan bisnis utama JSMR, berfokus pada pengoperasian dan pengembangan jalan tol di Indonesia. Pendapatan utamanya berasal dari penerimaan tol, pengelolaan jalan tol yang ada, serta proyek pembangunan jalan tol baru. Segmen ini berperan penting dalam kontribusi pendapatan terbesar perusahaan.

2. Konstruksi
– Pendapatan: Rp9,97 triliun
– Kontribusi terhadap total pendapatan: Sekitar 34,7%
– Deskripsi: Bisnis konstruksi JSMR melibatkan pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur jalan tol. Segmen ini juga mencakup pengembangan proyek jalan tol baru dan renovasi jalan tol yang sudah ada. Pendapatan dihasilkan dari kontrak pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur jalan tol serta proyek terkait lainnya.

3. Usaha Lainnya
– Pendapatan: Rp1,54 triliun
– Kontribusi terhadap total pendapatan: Sekitar 5,4%
– Deskripsi: Segmen ini meliputi berbagai aktivitas bisnis non-tol lainnya, seperti penyewaan properti, pengelolaan parkir, serta layanan infrastruktur non-tol. Pendapatan ini mencakup usaha-usaha pendukung yang memberikan kontribusi lebih kecil dibandingkan segmen jalan tol dan konstruksi.

Selama periode suku bunga tinggi global pada 2022–2023, industri jalan tol di Indonesia, termasuk PT Jasa Marga (Persero) Tbk, menghadapi sejumlah tantangan struktural. Kenaikan suku bunga oleh bank sentral global seperti Federal Reserve menyebabkan biaya pendanaan meningkat secara signifikan, yang berdampak langsung pada industri padat modal seperti jalan tol. Proyek-proyek ekspansi dan pembangunan tol baru menjadi lebih mahal akibat tingginya beban bunga pinjaman. Bagi Jasa Marga yang sebagian besar portofolio bisnisnya bergantung pada proyek jangka panjang berbasis konsesi dan pembiayaan utang, kondisi ini memperbesar tekanan pada arus kas dan neraca perusahaan. Namun demikian, trafik kendaraan yang kembali pulih pasca-COVID-19 memberikan bantalan pendapatan yang cukup stabil, terutama pada ruas tol utama seperti Jagorawi, Jakarta–Cikampek, dan ruas Trans Jawa.

Dengan pemerintahan Donald Trump saat ini, kinerja industri ini akan dipengaruhi oleh arah kebijakan ekonomi Amerika Serikat, khususnya terkait suku bunga, infrastruktur, dan sentimen pasar global.Trump kembali menjalankan kebijakan fiskal ekspansif seperti pada periode sebelumnya, termasuk pemotongan pajak dan dorongan proyek infrastruktur, maka hal ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi AS namun juga berisiko mendorong inflasi yang lebih tinggi. Dampaknya, bank sentral bisa saja mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama, yang berarti biaya pinjaman global—termasuk di Indonesia—akan tetap mahal. Di sisi lain, Trump dikenal proteksionis, sehingga potensi ketegangan dagang dapat memperlemah dolar AS, memberikan ruang bagi Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga atau bahkan menurunkannya jika tekanan eksternal berkurang.

Bagi Jasa Marga dan industri tol secara keseluruhan, keberlangsungan investasi akan sangat bergantung pada kestabilan suku bunga domestik, insentif fiskal dari pemerintah Indonesia, dan sinergi dengan proyek strategis nasional (PSN). Dalam skenario optimis, jika inflasi global terkendali dan investor kembali mencari aset di negara berkembang, sektor infrastruktur jalan tol bisa menjadi pilihan investasi menarik dengan pendapatan yang stabil dan model bisnis berbasis jangka panjang. Namun, jika volatilitas global tinggi dan pembiayaan semakin mahal, perusahaan seperti JSMR harus mengandalkan strategi efisiensi, refinancing berbunga rendah, serta optimalisasi aset non-tol seperti rest area dan properti pendukung untuk menjaga profitabilitas.

Analisa Laporan Keuangan

1. Aset Lancar dan Likuiditas
Posisi kas perusahaan kembali meningkat pada Q1 2025 menjadi Rp5,29 triliun, naik dari Rp4,81 triliun di akhir 2024. Peningkatan ini konsisten dengan arus kas operasi positif senilai Rp943 miliar dan tambahan dari pendanaan bersih Rp2,4 triliun seperti terlihat di laporan arus kas. Namun, penurunan signifikan terjadi pada pos short-term investments, dari Rp2,02 triliun pada Q3 2024 menjadi hanya Rp23 miliar di Q1 2025 — kemungkinan telah direalisasikan untuk menopang belanja investasi atau pembayaran kewajiban jangka pendek. Total aset lancar menurun menjadi Rp7,55 triliun dari puncaknya Rp24,11 triliun di Q3 2024, mengindikasikan realisasi aset lancar secara aktif untuk menjaga kas atau membayar utang.

2. Aset Tetap dan Aset Tidak Lancar
Nilai property, plant, and equipment (PP&E) relatif stabil di kisaran Rp480–510 miliar. Long-term investments dan intangible assets (termasuk purchased software dan goodwill) menjadi kontributor utama aset jangka panjang, mencerminkan profil bisnis dengan basis aset non-fisik yang kuat. Total aset pada akhir Maret 2025 sebesar Rp142,7 triliun, mencerminkan tren pemulihan dari penurunan di Q3 2024 (Rp133,6 triliun), sejalan dengan tambahan kas dan restrukturisasi investasi.

3. Liabilitas dan Struktur Pendanaan
Total liabilitas mencapai Rp83,96 triliun, naik tipis dari kuartal sebelumnya, dengan porsi terbesar masih berasal dari utang jangka panjang sebesar Rp54,8 triliun. Ini sesuai dengan laporan arus kas pendanaan yang mencatat penerbitan utang baru sebesar Rp3,1 triliun pada Q1 2025, disertai pelunasan sebagian utang lama sebesar Rp703 miliar. Peningkatan liabilitas ini merupakan cerminan strategi pembiayaan ulang (refinancing) yang aktif.

4. Ekuitas dan Retained Earnings
Total ekuitas tercatat Rp58,7 triliun pada akhir Q1 2025, naik dari Rp57,5 triliun di kuartal sebelumnya. Kenaikan ini terutama didorong oleh peningkatan retained earnings yang mencapai Rp27,86 triliun, sejalan dengan laba bersih kuartalan Rp927 miliar yang dilaporkan sebelumnya. Tidak ada perubahan dalam common stock maupun paid-in capital, mencerminkan tidak adanya aksi korporasi berbasis ekuitas seperti right issue dalam periode ini.

Kesimpulan:
Perusahaan menunjukkan penguatan posisi kas dan ekuitas pada Q1 2025 yang selaras dengan laba bersih yang positif dan aktivitas pendanaan bersih. Namun, penurunan aset lancar (khususnya short-term investment) dan current ratio yang turun ke bawah ambang konservatif perlu diawasi lebih lanjut, khususnya terkait siklus utang jangka pendek. Struktur aset yang padat pada investasi jangka panjang dan intangibles menunjukkan model bisnis yang berbasis pada aset tidak berwujud, yang menuntut efisiensi arus kas berkelanjutan untuk menjaga likuiditas.

1. Kinerja Arus Kas Operasi (CFO)
Perusahaan mencatatkan Cash from Operations (CFO) yang positif dan relatif stabil, dengan angka tertinggi pada Q4 2024 sebesar Rp2,037 triliun. Meskipun sempat melemah pada Q1 2025 (Rp943 miliar), CFO tetap menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan kas dari aktivitas inti. Namun, fluktuasi besar terutama di kuartal seperti Q6 2023 yang turun menjadi hanya Rp160 miliar perlu diperhatikan, karena bisa menandakan sensitivitas terhadap siklus bisnis atau gangguan operasional.

2. Arus Kas Investasi Negatif Konsisten
Cash from Investing selalu negatif dan stabil di kisaran Rp2,5 triliun hingga Rp3,6 triliun per kuartal. Mayoritas disebabkan oleh other investing activities, bukan belanja modal (capex) murni, karena capex relatif kecil (hanya Rp7,7 miliar di Q1 2025). Hal ini dapat mengindikasikan keterlibatan dalam akuisisi aset keuangan, pembiayaan entitas lain, atau aktivitas non-organik lain yang belum memberikan hasil jangka pendek.

3. Kegiatan Pendanaan yang Volatil
Cash from Financing sangat fluktuatif. Misalnya, pada Q2 2024 tercatat arus masuk besar senilai Rp9,95 triliun, disusul arus keluar besar di Q3 2024 sebesar Rp37,6 miliar, lalu kembali positif di Q4 2024 (Rp1,91 triliun). Fluktuasi ini berkaitan erat dengan aktivitas penerbitan dan pelunasan utang jangka panjang. Perusahaan tampaknya aktif melakukan refinancing dan restrukturisasi utang, yang bisa menjadi positif dalam jangka pendek, namun tetap harus dikaji lebih lanjut dari segi keberlanjutan.

4. Kas Akhir dan Likuiditas
Saldo kas akhir (Ending Cash) konsisten meningkat dari Q3 2023 (Rp3,83 triliun) menjadi Rp5,29 triliun di Q1 2025. Ini menunjukkan perusahaan berhasil menjaga likuiditas meskipun beban investasi tinggi. Adanya penambahan kas sebesar Rp477 miliar pada Q1 2025 juga mendukung buffer likuiditas jangka pendek.

5. Indikator Positif
Kombinasi kas operasi positif, saldo kas yang bertambah, dan disiplin dalam belanja modal menunjukkan pengelolaan kas yang hati-hati dan konservatif. Selain itu, perusahaan tidak menunjukkan pola distribusi dividen berlebihan, menjaga likuiditas internal tetap kuat.

6. Red Flag
Pengeluaran besar secara konsisten dalam “other investing activities” tanpa kejelasan kontribusi ke EBITDA atau laba bersih jangka pendek perlu dikaji lebih lanjut. Selain itu, pola utang yang naik turun signifikan menunjukkan ketergantungan terhadap pendanaan eksternal — hal yang wajar untuk proyek infrastruktur atau ekspansi besar, namun berisiko jika terjadi pengetatan kredit atau suku bunga tinggi.

Kesimpulan:
Secara keseluruhan, perusahaan menunjukkan struktur kas yang relatif kuat dengan kemampuan operasi yang sehat. Meskipun investasi agresif dan aktivitas pendanaan cukup berfluktuasi, saldo kas akhir tetap meningkat dan menandakan kontrol arus kas yang baik. Perlu dilakukan pemantauan berkelanjutan terhadap keberlanjutan CFO, transparansi alokasi investasi non-capex, dan efisiensi dari utang baru untuk menjaga fundamental jangka menengah tetap solid.

Analisa Rasio Keuangan

JSMR menunjukkan profil keuangan yang relatif kuat dibandingkan dua kompetitornya, yaitu CMNP dan WSKT. Dari sisi EBITDA Margin, JSMR mencatatkan margin sebesar 41,2%, yang berada sedikit di bawah CMNP (46,0%) namun jauh di atas WSKT yang hanya mampu mencetak margin tipis sebesar 13,2%. Ini menunjukkan bahwa JSMR masih mampu mempertahankan efisiensi operasional yang sehat meski skala usahanya jauh lebih besar.

Dari sisi Return on Invested Capital (ROIC), JSMR memiliki angka 6,7%, lebih tinggi dari CMNP (6,4%) dan secara signifikan mengungguli WSKT yang hanya menghasilkan 0,6%, yang menunjukkan lemahnya efektivitas penggunaan modal di operasional Waskita. Dividend Yield JSMR juga menarik di angka 3,9%, sedangkan dua pesaingnya tidak mencatatkan distribusi dividen sama sekali.

Fixed Asset Turnover JSMR mencapai 62,1x, sangat tinggi dibandingkan CMNP (20,4x) dan WSKT (2,1x). Ini menandakan bahwa aset tetap JSMR digunakan secara sangat efisien untuk menghasilkan pendapatan, yang mencerminkan kapasitas operasional dan manajemen aset yang unggul di industri ini.

Jika kita fokus pada Free Cash Flow terhadap Total Debt (FCF/Debt), JSMR mencatatkan rasio 0,10x, yang berarti perusahaan menghasilkan arus kas bebas sebesar 10% dari total utangnya. Ini masih dalam kisaran wajar mengingat skala utangnya yang besar (Rp62,1 triliun), dan menunjukkan bahwa meskipun leverage tinggi, JSMR tetap mampu mengelola utangnya melalui arus kas organik.

Sebagai perbandingan, CMNP mencatatkan rasio FCF/Debt sebesar 0,16x, sedikit lebih tinggi dari JSMR, menunjukkan efisiensi arus kas yang baik terhadap utang yang lebih kecil skalanya. Namun keunggulan CMNP ini datang dengan batasan: fixed asset turnover jauh lebih rendah dan tidak ada pembagian dividen.

WSKT, di sisi lain, berada dalam posisi yang mengkhawatirkan. Free cash flow per share-nya negatif, sehingga rasio FCF terhadap total debt juga berada di zona negatif — indikasi bahwa perusahaan tidak hanya tidak mampu menghasilkan kas bebas, tetapi juga sedang mengalami tekanan likuiditas yang serius. EBITDA margin dan ROIC yang sangat rendah semakin menegaskan kondisi fundamental yang lemah dan tingginya risiko keuangan di WSKT.

Kesimpulan: JSMR tampil sebagai benchmark yang kuat di antara pemain sektor jalan tol, dengan efisiensi aset, profitabilitas operasional, dan distribusi dividen yang solid. Meskipun leverage tinggi, profil arus kas bebas relatif terjaga. Investor konservatif mungkin akan mengapresiasi CMNP atas efisiensi kas dan margin yang kuat, namun perlu mencermati keterbatasan skalabilitas. Sementara itu, WSKT saat ini tampaknya berada dalam fase pemulihan struktural dengan risiko yang masih sangat tinggi.

Catalyst Positif

– PT Jasa Marga Tbk (JSMR) akan membagikan dividen sebesar Rp1,13 triliun, yang setara dengan 25% dari laba bersih tahun 2024, atau Rp156,23 per lembar saham. Pembagian dividen ini menunjukkan lonjakan 312,61% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dividen akan dibagikan secara proporsional kepada pemegang saham yang terdaftar pada 21 Mei 2025. Langkah ini menunjukkan komitmen JSMR dalam memberikan nilai tambah kepada pemegang saham, dengan perusahaan berencana menjaga kesinambungan pembayaran dividen di masa depan dengan mempertimbangkan kondisi keuangan yang terkendali.

– PT Jasa Marga Tbk berhasil membukukan kinerja yang solid pada tahun 2024 dengan pendapatan usaha mencapai Rp18,73 triliun, tumbuh 20,32% secara tahunan (YoY). EBITDA perusahaan juga mengalami pertumbuhan 27,30% YoY, mencapai Rp12,62 triliun. Strategi perusahaan untuk melakukan konsolidasi dan pembelian kembali unit Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT) berkontribusi positif pada hasil ini. MAPI juga berhasil meningkatkan margin EBITDA menjadi 67,38% berkat langkah-langkah penguatan kapasitas finansial.

– Pada kuartal pertama tahun 2025, JSMR mencatatkan laba bersih sebesar Rp927,49 miliar, mengalami kenaikan 49,48% dibandingkan dengan kuartal pertama 2024. Kenaikan ini didorong oleh pertumbuhan pendapatan usaha sebesar Rp4,58 triliun, yang meningkat 8,58% YoY, dan peningkatan EBITDA sebesar 9,15% menjadi Rp3,02 triliun. Penurunan biaya keuangan sebesar 22,50% secara konsolidasi turut memberikan dampak positif terhadap hasil keuangan perusahaan.

– PT Marga Trans Nusantara (MTN), anak usaha JSMR yang mengoperasikan tol Kunciran-Serpong, mencatatkan kenaikan lalu lintas harian sebesar 56,7% pada 2024, mencapai 114.627 kendaraan per hari, dibandingkan dengan 73.127 kendaraan/hari pada tahun sebelumnya. Peningkatan ini menunjukkan pengelolaan infrastruktur yang baik serta kualitas layanan yang terus ditingkatkan, dengan langkah-langkah perbaikan yang berkelanjutan untuk menjaga jalan tol tetap prima dan bebas lubang.

– Tarif tol Kunciran-Serpong akan mengalami kenaikan mulai Mei 2025 sesuai dengan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 466/KPTS/M/2025. Tarif baru untuk golongan kendaraan I dari JC Kunciran menuju Parigi naik menjadi Rp13.000, sementara tarif untuk rute lainnya juga mengalami penyesuaian. Kenaikan tarif ini bertujuan untuk mendukung keberlanjutan proyek tol dan memastikan kualitas layanan yang optimal.

Valuasi Fundamental
Metode #1 (Mean Multiple)

Diketahui:
– Current Price: Rp 4070
– Current PBV Ratio: 0.87
– Mean PBV Ratio: 1.31

Dengan asumsi PBV saat ini sebesar 0,87 dan rata-rata PBV lima tahun di level 1,31, maka harga wajar saham JSMR diperkirakan berada di kisaran Rp6.128. Ini menunjukkan bahwa saham saat ini diperdagangkan di bawah valuasi rata-ratanya secara historis, yang dapat mengindikasikan bahwa saham tersebut sedang berada dalam kondisi undervalued, selama tidak ada perubahan fundamental yang signifikan. Jika ke depannya pasar melakukan revaluasi kembali ke level rata-rata historis, maka terdapat potensi kenaikan harga sekitar 50% dari posisi saat ini.

Metode #2 (Graham Number)
Untuk menghitung nilai wajar (fair value) saham JPFA menggunakan formula Benjamin Graham, kita gunakan rumus:

Diketahui:
– Earnings Per Share (EPS): Rp 667.22
– Book Value Per Share (BVPS): Rp 4816.94

Berdasarkan formula Benjamin Graham, nilai wajar saham JSMR dengan EPS sebesar 667,22 dan BVPS sebesar 4.816,94 adalah sekitar Rp8.503. Ini merupakan pendekatan konservatif yang mempertimbangkan baik pendapatan per saham maupun kekuatan aset bersih perusahaan. Jika harga pasar saat ini jauh di bawah angka tersebut, maka saham ini secara teoritis dikategorikan sebagai undervalued menurut kerangka nilai Graham. Namun, perlu dicatat bahwa formula ini tidak mempertimbangkan faktor-faktor modern seperti pertumbuhan eksponensial atau perubahan struktur sektor, sehingga tetap perlu divalidasi dengan pendekatan valuasi lain untuk keputusan investasi yang lebih komprehensif.

Analisa Teknikal

Trend dan Multi-Timeframe Analysis
JSMR secara struktur teknikal menunjukkan perkembangan yang lebih positif. Setelah tren turun panjang, harga membentuk pola falling wedge yang berhasil di-breakout ke atas pada awal 2025. Saat ini, harga bergerak dalam fase pullback setelah breakout, menguji ulang area breakout dengan bertahan di atas support dinamis MA 200 (4.092), menandakan peluang continuation pattern masih terbuka.

Candle Pattern dan Chart Pattern
Candle minggu terakhir membentuk pola doji dengan shadow bawah yang panjang, mengindikasikan adanya aksi beli yang mulai kembali muncul di area support. Ini didukung oleh volume yang relatif stabil dan MACD yang masih menunjukkan histogram positif serta garis MACD yang tetap di atas sinyalnya, mendukung narasi bullish pullback.

Potensi Target dan Stop Loss
Jika harga bertahan dan memantul dari area 4.000–4.100, potensi kenaikan dapat diarahkan menuju resistance awal di 4.400–4.500, dan jika berhasil menembus, target lanjutan berada pada 4.800–5.000. Stop loss konservatif dapat diletakkan di bawah 3.950, yakni di bawah zona breakout dan struktur support mingguan.

Image source: AP/ liputan6.com

2. MAPI

Ikhtisar Perusahaan
PT. Mitra Adiperkasa Tbk bergerak dalam perdagangan eceran pakaian, aksesoris, tas, dan peralatan olahraga di Indonesia, Vietnam, Filipina, Thailand, dan internasional. Perusahaan beroperasi melalui segmen Penjualan Eceran, Department Store, Kafe dan Restoran, dan Lainnya. Perusahaan mengoperasikan toko eceran, yang menawarkan pakaian dan aksesoris, peralatan dan aksesoris olahraga, mainan, telepon seluler, tablet, komputer, dan aksesoris. Perusahaan bergerak dalam pengoperasian department store; bisnis kafe dan restoran; bisnis manufaktur garmen; dan bisnis properti, investasi, toko buku, dan perdagangan kerajinan tangan. PT. Mitra Adiperkasa Tbk didirikan pada tahun 1995 dan berkantor pusat di Jakarta Pusat, Indonesia. PT. Mitra Adiperkasa Tbk merupakan anak perusahaan dari PT Satya Mulia Gema Gemilang.

Lini Bisnis (Data 2023)
1. Ritel (Retail)
– Pendapatan: Rp16,53 triliun
– Kontribusi terhadap total pendapatan: Sekitar 80%
– Deskripsi: Segmen ini merupakan lini bisnis utama MAPI, yang berfokus pada ritel dengan mengoperasikan berbagai merek internasional di Indonesia. Bisnis ini mencakup ritel fashion, gaya hidup, olahraga, dan produk elektronik. Pendapatan berasal dari penjualan barang melalui jaringan toko fisik dan e-commerce perusahaan.

2. Distribusi dan Pemasaran (Distribution and Marketing)
– Pendapatan: Rp3,35 triliun
– Kontribusi terhadap total pendapatan: Sekitar 15%
– Deskripsi: Segmen distribusi dan pemasaran mencakup kegiatan distribusi produk-produk tertentu melalui saluran distribusi resmi di Indonesia. MAPI memiliki portofolio merek yang didistribusikan kepada pengecer dan pelanggan secara langsung.

3. Layanan Lainnya (Other Services)
– Pendapatan: Rp1,18 triliun
– Kontribusi terhadap total pendapatan: Sekitar 5%
– Deskripsi: Segmen ini mencakup berbagai layanan tambahan yang tidak langsung terkait dengan ritel atau distribusi, seperti layanan penyewaan properti dan lainnya. Pendapatan dari layanan ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan segmen ritel dan distribusi.

Pada periode suku bunga tinggi tahun 2022–2023, sektor ritel menghadapi tekanan dari sisi biaya operasional, harga bahan baku impor, dan pelemahan daya beli konsumen akibat inflasi. MAPI relatif mampu bertahan berkat diversifikasi portofolio yang kuat, basis konsumen menengah-atas yang cenderung lebih resilien, serta kemampuan perusahaan dalam melakukan efisiensi dan digitalisasi rantai pasok. Selain itu, sektor ritel premium dan gaya hidup yang menjadi kekuatan MAPI menunjukkan daya tahan yang cukup solid karena konsumen loyal dan pengalaman merek yang kuat.

Kini, dengan Trump kembali berkuasa dan berpotensi melanjutkan kebijakan ekonomi proteksionis serta pemotongan pajak korporat untuk mendorong sektor manufaktur domestik AS, terdapat beberapa implikasi penting bagi MAPI. Pertama, jika kebijakan perdagangan yang agresif terhadap Tiongkok kembali diberlakukan, maka biaya barang impor, termasuk untuk produk global yang dijual MAPI (seperti Nike, Adidas, Uniqlo, dll.), bisa meningkat akibat gangguan rantai pasok atau kenaikan bea masuk. Kedua, jika kebijakan pemotongan pajak AS mendorong penguatan dolar, maka risiko kurs bagi MAPI yang banyak mengimpor barang dagangan dalam USD akan meningkat, khususnya bagi pasar Indonesia, Filipina, dan Vietnam.

Namun di sisi lain, peluang juga terbuka. Jika pertumbuhan ekonomi AS tetap tangguh dan berdampak positif terhadap konsumsi global, sektor ritel di negara berkembang bisa ikut terdongkrak oleh permintaan agregat dan peningkatan investasi luar negeri. Dalam konteks ini, MAPI sebagai pemain multinasional bisa memanfaatkan momentum tersebut untuk ekspansi regional, memaksimalkan skala ekonomi, serta memperkuat merek internasional yang mereka kelola. Kinerja segmen makanan-minuman (F&B) dan lifestyle juga akan menjadi tulang punggung utama karena kontribusinya yang defensif di tengah gejolak global.

Kesimpulannya, MAPI berada dalam posisi yang relatif kuat, namun tetap perlu waspada terhadap volatilitas eksternal akibat kebijakan Trump yang bisa memengaruhi kurs, logistik global, dan sentimen konsumen. Strategi lindung nilai (hedging), efisiensi biaya, dan diversifikasi pemasok menjadi kunci, sembari menjaga loyalitas pelanggan lewat inovasi pengalaman ritel dan ekspansi digital yang terintegrasi lintas negara.

Analisa Laporan Keuangan

1. Aset Lancar dan Likuiditas
Total aset lancar mengalami peningkatan signifikan menjadi Rp17,42 triliun di Q1 2025 dari Rp15,85 triliun di Q4 2024. Peningkatan ini didorong oleh bertambahnya kas (Rp3,53 triliun), peningkatan inventory menjadi Rp9,8 triliun (tertinggi dalam sembilan kuartal), serta kenaikan akun other current assets menjadi Rp2,17 triliun. Pertumbuhan persediaan ini mengindikasikan perusahaan tengah berada dalam fase pembentukan stok, kemungkinan besar dalam rangka ekspansi atau memenuhi permintaan kuartal mendatang. Namun, arus kas operasi yang negatif sebesar Rp277 miliar di Q1 2025 menjadi red flag karena akumulasi aset lancar tidak didukung oleh arus kas yang sehat. Dengan cash and equivalents menurun dibandingkan tahun lalu dan accounts receivable yang naik tajam ke Rp854 miliar, risiko likuiditas jangka pendek patut dicermati lebih lanjut.

2. Aset Tidak Lancar dan Investasi Jangka Panjang
Nilai Property, Plant & Equipment (PP&E) stabil meningkat menjadi Rp11,19 triliun. Hal ini sejalan dengan belanja modal (capex) yang cukup besar dan konsisten setiap kuartal (antara Rp375 miliar hingga lebih dari Rp1 triliun). Tidak terdapat capitalized software atau real estate, menandakan fokus aset lebih ke fisik dan produksi. Goodwill dan intangible assets relatif kecil dan stabil, menunjukkan struktur aset tak berwujud tidak dominan. Total aset perusahaan mencapai Rp31,28 triliun, tertinggi dalam 9 kuartal terakhir, yang secara fundamental mencerminkan pertumbuhan basis operasional.

3. Liabilitas dan Risiko Kewajiban
Total liabilitas per Maret 2025 mencapai Rp16,06 triliun, sedikit meningkat dari kuartal sebelumnya. Komposisinya masih didominasi oleh current liabilities sebesar Rp12,12 triliun, naik signifikan dari Rp10,98 triliun di Q4 2024. Lonjakan ini bersumber dari short-term borrowings (naik ke Rp3,13 triliun) dan accounts payable (naik ke Rp3,3 triliun). Kenaikan utang jangka pendek ini berhubungan erat dengan laporan arus kas sebelumnya, di mana perusahaan menunjukkan cash from financing yang kecil (Rp261 miliar) dan tidak ada utang jangka panjang baru yang dicatat, namun terdapat pelunasan utang sebesar Rp583 miliar. Artinya, perusahaan semakin mengandalkan pendanaan jangka pendek yang berisiko lebih tinggi, terutama jika kas operasi masih negatif.

4. Ekuitas dan Retained Earnings
Total ekuitas tercatat Rp15,22 triliun, naik dari Rp14,45 triliun di Q4 2024, ditopang oleh kenaikan retained earnings ke Rp9,41 triliun yang sejalan dengan laba bersih positif di Q1 2025 (Rp472 miliar). Tidak terdapat perubahan pada modal saham maupun paid-in capital, dan tidak dilakukan buyback selama periode ini. Kenaikan common equity konsisten, mencerminkan akumulasi laba dan tidak adanya erosi ekuitas akibat kerugian atau distribusi dividen besar.

Kesimpulan:
Secara umum, perusahaan memperlihatkan ekspansi aset yang kuat dan pertumbuhan ekuitas yang konsisten berkat laba bersih yang terus berulang. Namun, lonjakan inventory, receivables, dan current liabilities yang tidak diiringi dengan arus kas operasi yang positif menciptakan ketidakseimbangan jangka pendek yang perlu diwaspadai. Jika manajemen tidak mampu menstabilkan CFO di kuartal mendatang, ada potensi tekanan likuiditas dan ketergantungan lebih besar pada utang jangka pendek. Fokus ke depan harus diarahkan pada konversi laba akuntansi menjadi kas operasional nyata agar pertumbuhan dapat dikatakan berkelanjutan secara finansial.

1. Kinerja Arus Kas Operasi (CFO)
Meskipun perusahaan konsisten mencatatkan laba bersih positif di setiap kuartal, terdapat inkonsistensi antara laba dan cash from operations (CFO). Pada Q1 2025, misalnya, laba bersih mencapai Rp472 miliar, namun CFO justru negatif Rp277 miliar. Anomali ini muncul akibat pos other operating activities yang sangat negatif (Rp1,52 triliun), mengindikasikan potensi pembayaran kewajiban, kerugian realisasi, atau beban yang belum diakui dalam laporan laba rugi. Selama tahun 2024, CFO mencatatkan nilai (tertinggi di Q4 2024: Rp2,39 triliun), namun fluktuasi tajam tetap menjadi perhatian, terutama karena CFO Q1 2025 berubah drastis menjadi negatif.

2. Arus Kas Investasi yang Agresif
Perusahaan konsisten mencatatkan cash from investing negatif di seluruh kuartal, dengan angka Rp501 miliar di Q1 2025 dan hampir Rp1,04 triliun di Q4 2024. Mayoritas disebabkan oleh capital expenditures (capex) yang besar (Rp420–1.092 miliar per kuartal), mencerminkan ekspansi aktif. Tidak terlihat adanya akuisisi besar, namun arus keluar pada other investing activities menambah tekanan. Capex tinggi ini wajar untuk perusahaan yang tengah dalam fase pertumbuhan atau pembangunan aset produktif, namun akan berdampak buruk jika tidak diimbangi dengan CFO yang kuat.

3. Pendanaan dan Struktur Utang
Arus kas dari aktivitas pendanaan (cash from financing) mencerminkan strategi pembiayaan campuran: penerbitan utang baru terbatas, sementara pembayaran utang (misalnya Q1 2025 Rp583 miliar) dan fluktuasi dari other financing activities cukup besar. Pada kuartal tertentu seperti Q4 2023 dan Q1 2024, perusahaan melakukan repayment bersih dan menunjukkan tekanan likuiditas (CFO & investing negatif, financing negatif). Meskipun Q2-Q4 2024 menunjukkan arus kas masuk dari financing yang cukup tinggi, Q1 2025 kembali ke pola cash out, yang menurunkan kas akhir sebesar Rp500 miliar.

4. Saldo Kas dan Likuiditas
Saldo kas akhir (ending cash) turun ke Rp3,53 triliun pada Q1 2025 dari puncaknya Rp4,04 triliun di akhir 2024. Ini merupakan konsekuensi dari ketiga aktivitas kas yang menghasilkan arus keluar bersih dalam kuartal tersebut. Penurunan kas selama periode operasional negatif dapat memicu kekhawatiran atas kebutuhan pendanaan jangka pendek, apalagi jika pola ini berlanjut.

5. Indikator Positif dan Red Flag
Positifnya, perusahaan masih memiliki buffer kas yang cukup dan menghasilkan laba bersih setiap kuartal. Namun, ketergantungan tinggi pada arus kas non-operasional (misalnya pendanaan dan hasil investasi) untuk menutup kebutuhan kas menjadi perhatian. Selain itu, korelasi yang rendah antara laba dan CFO menandakan kualitas earnings yang patut dievaluasi. Arus kas operasional yang negatif dalam konteks capex besar menimbulkan pertanyaan atas keberlangsungan ekspansi tersebut.

Kesimpulan:
Perusahaan ini menunjukkan pertumbuhan pendapatan dan laba yang cukup solid, tetapi kualitas arus kas operasi yang lemah dan fluktuatif menjadi perhatian utama. Dengan beban investasi yang besar dan kas akhir yang mulai tergerus, manajemen perlu meninjau ulang efektivitas belanja modal dan strategi pengelolaan modal kerja. Jika kondisi CFO tidak membaik dalam kuartal-kuartal berikutnya, perusahaan dapat menghadapi risiko likuiditas dan peningkatan ketergantungan pada utang jangka panjang.

Analisa Rasio Keuangan
Berdasarkan tabel perbandingan emiten ritel ini, MAPI mencatatkan Free Cash Flow (FCF) Yield sebesar 17,1%, yang tergolong atraktif untuk perusahaan ritel konsumen besar. Rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan arus kas bebas dalam jumlah yang signifikan terhadap valuasi pasarnya. Dengan P/E ratio 12,2x, valuasi MAPI tergolong moderat, merefleksikan ekspektasi pasar yang seimbang antara pertumbuhan dan risiko. Sementara itu, rasio Net Debt/EBITDA sebesar 0,6x menandakan leverage yang cukup terkontrol dan masih dalam zona aman untuk sektor ritel. Terakhir, rasio Operating Cash Flow terhadap Total Debt (OCF/Debt) MAPI berada di level 0,68x, yang mengindikasikan bahwa perusahaan mampu mengimbangi hampir 70% dari total utangnya hanya dengan arus kas operasi — ini mencerminkan fleksibilitas keuangan yang baik namun masih memiliki ruang untuk perbaikan.

Dibandingkan dengan MAPI, LPPF (Matahari Department Store Tbk) terlihat jauh lebih efisien dari sisi operasional dan keuangan. Dengan P/E ratio 3,6x, valuasi LPPF sangat murah dan mungkin mencerminkan ketidakpercayaan pasar terhadap keberlanjutan kinerja. Namun demikian, FCF yield-nya mencapai 77,9%, yang merupakan angka tertinggi di sektor ini dan sangat impresif. OCF/Debt LPPF berada di level 1,24x, menunjukkan kekuatan likuiditas yang sangat baik, diperkuat dengan rasio Net Debt/EBITDA negatif (-0,1x), yang mengindikasikan posisi kas bersih.

MAPA, sebagai entitas anak dari MAPI, mencatatkan P/E 13,8x dan FCF yield 10,4%, sedikit di bawah induknya namun tetap dalam kisaran yang sehat. Leverage MAPA pun lebih ringan dengan Net Debt/EBITDA 0,5x, dan OCF/Debt-nya sebesar 1,25x, menunjukkan kemampuan yang sangat solid dalam mengelola beban utang dari kas operasional.

ERAA memiliki posisi yang cukup menarik dengan P/E ratio 9,2x dan FCF yield 31,6%, menandakan valuasi murah namun kas operasional yang kuat. Namun, leverage ERAA cukup tinggi dengan Net Debt/EBITDA 2,0x, dan OCF/Debt hanya 0,42x, sehingga meski menghasilkan kas yang baik, struktur utangnya patut menjadi perhatian.

RALS menonjol dengan profil konservatif — Net Debt/EBITDA -4,1x dan FCF yield 46,4%, namun valuasi pasar masih konservatif dengan P/E 5,8x. Rasio OCF/Debt berada di 2,96x, yang merupakan rasio tertinggi dalam tabel ini, menunjukkan bahwa RALS memiliki kekuatan kas yang luar biasa tinggi terhadap utangnya yang minim, meskipun pertumbuhan bisnisnya tampaknya dinilai terbatas oleh pasar.

Terakhir, ACES berada pada valuasi moderat dengan P/E 11,9x dan FCF yield 6,2%, namun rasio OCF/Debt-nya hanya 0,76x, sedikit lebih tinggi dari MAPI namun tidak sekuat MAPA, LPPF, atau RALS. Net Debt/EBITDA juga negatif (-0,5x), menandakan perusahaan berada dalam posisi kas bersih.

Kesimpulan:
MAPI menunjukkan posisi yang solid dan seimbang antara profitabilitas, arus kas, dan leverage. Namun dibandingkan dengan beberapa peer seperti MAPA, LPPF, dan RALS, MAPI masih memiliki ruang untuk perbaikan dari sisi efisiensi kas terhadap utang. Meskipun demikian, kombinasi FCF yield yang sehat, valuasi yang masih wajar, dan leverage yang terkelola membuat MAPI tetap kompetitif dan layak menjadi benchmark dalam sektor ini.

Catalyst Positif

– PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) mencatatkan pertumbuhan laba bersih 13,1% menjadi Rp567 miliar pada Q1 2025, didorong oleh kinerja pendapatan yang tumbuh 5,8% menjadi Rp9,3 triliun dibandingkan Q1 2024. MAPI juga aktif memperluas portofolio mereknya dan memperkuat inisiatif digital dengan 51 platform online. Meski ada tantangan eksternal seperti peluncuran iPhone 16 yang tertunda, MAPI tetap berkomitmen untuk pertumbuhan jangka panjang melalui peningkatan kontrol inventaris dan efisiensi biaya.
– Terkait dengan pemeriksaan yang dilakukan oleh KPK terhadap General Manager MAPI, Irla Mugi Prakoso, perusahaan menegaskan bahwa pihaknya kooperatif dalam memberikan keterangan dan selalu mematuhi peraturan yang berlaku.
– Prospek Kinerja: MAPI diperkirakan tetap solid pada 2025 meskipun menghadapi tantangan, termasuk pelarangan penjualan iPhone 16 dan boikot sementara. Analis memperkirakan MAPI akan mencatatkan pertumbuhan, dengan proyeksi pendapatan 2025 sebesar Rp44,30 triliun dan laba bersih Rp2,06 triliun.

Valuasi Fundamental
Metode #1 (Mean Multiple)

Diketahui:
– Current Price: Rp 1310
– Current PE Ratio: 14.22
– Mean PE Ratio: 13.93

Dengan asumsi bahwa saat ini PE MAPI berada di 14,22 dan rata-rata PE 3 tahun terakhir sebesar 13,93, maka nilai wajarnya berada di kisaran Rp1.285. Ini menunjukkan bahwa secara relatif, harga saham saat ini sedikit berada di atas valuasi rata-ratanya. Meskipun selisihnya kecil (sekitar -2%), perhitungan ini mengindikasikan bahwa saham MAPI saat ini berada pada valuasi yang mendekati nilai wajarnya, sehingga investor yang mengutamakan margin of safety mungkin akan menunggu harga terkoreksi sedikit lebih rendah, sedangkan investor jangka panjang dapat mempertimbangkan posisi bertahap jika didukung oleh prospek fundamental yang kuat.

Metode #2 (Graham Number)
Untuk menghitung nilai wajar (fair value) saham PGAS menggunakan formula Benjamin Graham, kita gunakan rumus:

Diketahui:
– Earnings Per Share (EPS): Rp 109.99
– Book Value Per Share (BVPS): Rp 743.80

Dengan EPS sebesar 109,99 dan BVPS sebesar 743,80, nilai wajar saham MAPI menurut formula Benjamin Graham berada di kisaran Rp1.356,81. Nilai ini sedikit di atas harga pasar saat ini yang sebesar Rp1.310, mengindikasikan bahwa saham MAPI berada dalam kondisi sedikit undervalued jika dilihat dari pendekatan konservatif Graham. Ini memberikan sinyal bahwa saham ini memiliki fundamental yang solid, dan cocok untuk investor yang mencari nilai dengan margin of safety yang tipis namun positif. Namun tetap disarankan untuk mempertimbangkan faktor pertumbuhan dan sentimen pasar sebagai konfirmasi tambahan.

Analisa Teknikal

Trend dan Multi-Timeframe Analysis
Saham MAPI menunjukkan tren jangka menengah hingga panjang yang telah beralih dari fase bullish menuju korektif sejak puncak harga pada pertengahan 2023. Saat ini, harga bergerak sideways-to-bearish, terlihat dari posisi harga yang masih berada di bawah ketiga MA utama (EMA 21, MA 50, dan MA 200). Meskipun secara mingguan harga sempat menunjukkan upaya pemulihan, pergerakan cenderung lemah dan belum berhasil menembus resistance teknikal secara konsisten.

Candle Pattern dan Chart Pattern
Candle terakhir membentuk bearish engulfing dengan penurunan volume moderat, yang mengindikasikan adanya tekanan jual lanjutan. MACD juga menunjukkan pelemahan momentum dengan histogram yang mulai berbalik ke negatif dan garis sinyal berpotensi melakukan crossing ke bawah. Tidak ada pola pembalikan kuat saat ini, dan pergerakan cenderung membentuk pola konsolidasi panjang.

Potensi Target dan Stop Loss
Jika tekanan jual berlanjut, support kritis berada pada zona 1.200–1.280, yang sebelumnya menjadi demand zone kuat. Penembusan di bawah zona ini dapat membuka ruang penurunan lebih jauh menuju 1.000. Di sisi lain, jika terjadi rebound, harga perlu kembali menembus 1.450–1.500 untuk mengonfirmasi pembalikan tren. Stop loss ideal untuk swing trader berada di bawah 1.200, dengan target kenaikan awal pada 1.450 dan lanjutan di 1.620.

Disclaimer:
Buletin ini dimaksudkan untuk tujuan informasi dan bukan sebagai dasar untuk membeli dan menjual keputusan. Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja masa depan. Klien harus mengetahui dan memahami risiko di Pasar Modal dan memahami isi buletin sebelum mengambil tindakan terkait. Oleh karena itu, PT Fawz Finansial Indonesia tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung atau tidak langsung yang diderita oleh klien sebagai akibat dari penggunaan informasi dalam buletin ini.

 

 

 

 

You Might Also Like

AS-China Sepakat Turunkan Tarif, CPI Turun, Obligasi Akan Kembali Membara?

Newsletter – 1 Mei 2025

Pertumbuhan Ekonomi RI Diproyeksi Turun, Obligasi Indonesia Masih Menarik?

Newsletter – 15 April 2025

Trump Tunda Tarif Impor 90 Hari, Angin Segar Buat Obligasi Indonesia?

TAGGED: analisa saham, bahas saham, newsletter, saham JSMR, saham MAPI
Richie Leonel Tanjaya May 27, 2025 May 27, 2025
Previous Article Saham BRPT Naik Terus, Apa Pemicunya?
Next Article Tabrakan Beruntun di Jalan HM Yamin Medan, Dua Orang Terluka
Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

IkutinIkutin
Komplek CitraLand Gama City, Madison Avenue, Blok R6 No. 90, Deli Serdang, Sumatera Utara, Indonesia
adbanner
AdBlocker Terdeteksi
Kami dengan hormat meminta Anda mempertimbangkan untuk memasukkan situs web kami ke dalam daftar putih AdBlocker, karena situs tersebut beroperasi dengan dukungan iklan. Keputusan Anda untuk memasukkan situs kami ke dalam daftar putih akan memberikan kontribusi besar dalam mempertahankan operasinya.
Okay, I'll Whitelist
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?