[Medan | 3 Desember 2025] Pemerintah kembali memperluas cakupan program hilirisasi. Setelah berhasil membangun ekosistem industri nikel yang terintegrasi dari hulu hingga hilir, strategi serupa kini mulai diarahkan ke komoditas kelapa dan perikanan, termasuk udang dan ikan nila.
Menteri Investasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani menyampaikan bahwa keberhasilan hilirisasi nikel menjadi blueprint yang akan diterapkan pada komoditas unggulan lain yang memiliki daya saing global. Pemerintah menilai kelapa dan komoditas perikanan memiliki potensi besar untuk dikembangkan secara terintegrasi agar memberikan nilai tambah ekonomi yang lebih tinggi.
Keberhasilan hilirisasi nikel menjadi dasar utama strategi ekspansi ini. Indonesia sebagai pemilik cadangan nikel terbesar di dunia, mencapai 42 persen, memperoleh manfaat signifikan setelah kebijakan pelarangan ekspor bijih nikel pada 2019. Nilai ekspor nikel meningkat dari US$ 3 miliar pada 2016 menjadi US$ 34 miliar pada 2024, serta menciptakan ekosistem industri lengkap mulai dari pertambangan hingga daur ulang baterai.
Pengembangan hilirisasi kelapa, udang, dan ikan nila disusun bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), termasuk untuk memanfaatkan posisi Indonesia sebagai produsen ikan nila terbesar di dunia.
Dalam menyusun roadmap hilirisasi hingga 2040, pemerintah menerapkan pendekatan berbasis potensi wilayah (regional based). Contohnya, Maluku Utara dan Sulawesi difokuskan untuk mineral, sementara wilayah lain diarahkan pada agrikultur dan perikanan. Tujuannya agar kawasan industri berkembang sesuai karakteristik sumber daya dan ketersediaan bahan baku di daerah.
Selain memperluas hilirisasi, pemerintah menekankan pentingnya kepastian regulasi untuk meningkatkan daya saing Indonesia dalam menarik investasi asing. Reformasi kebijakan dilakukan melalui PP Nomor 28 Tahun 2025 mengenai Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko (PBBR), yang dirancang untuk memberikan kejelasan dan mengurangi ketidakpastian bagi investor.
Dengan strategi tersebut, pemerintah optimistis dapat menarik lebih banyak modal asing, tidak hanya di sektor tambang, tetapi juga sektor padat karya seperti perikanan dan pertanian yang memberikan dampak ekonomi langsung kepada masyarakat.

