[Medan | 6 Agustus 2025] Pemerintah Indonesia menyiapkan paket stimulus tambahan sebesar Rp 10,8 triliun yang akan digelontorkan pada kuartal III 2025, sebagai kelanjutan dari stimulus Rp 24,4 triliun yang telah dijalankan pada semester I/2025. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa tujuan utama stimulus ini adalah menjaga momentum pertumbuhan ekonomi pasca pertumbuhan kuartal II yang tercatat sebesar 5,12% YoY.
Mayoritas stimulus diarahkan pada program-program prioritas seperti Makan Bergizi Gratis, pembangunan sekitar 200 sekolah rakyat, serta realisasi program FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan) dengan target 220.000 unit rumah pada kuartal III dan 350.000 unit hingga akhir tahun 2025. Pemerintah juga mengalokasikan dana untuk stabilisasi harga pangan, membantu UMKM, merevolusi koperasi desa, dan mendukung pertanian melalui deregulasi pupuk bersubsidi serta stabilisasi harga beras dan jagung senilai Rp 16,6 triliun dan Rp 5 triliun secara berurutan.
Selain menyasar sektor konsumsi dan investasi, stimulus ini juga diharapkan meningkatkan daya serap belanja pemerintah yang sempat kontraksi sebesar 0,33% di kuartal II. Momentum ini seiring rencana strategis semester II yang difokuskan pada peningkatan konsumsi masyarakat, investasi publik, dan penciptaan lapangan kerja melalui proyek pembangunan infrastruktur dasar dan perumahan murah.
Stimulus fiskal senilai Rp 10,8 triliun ini dapat menjadi katalis positif bagi sektor-sektor saham yang sensitif terhadap kebijakan pemerintah, seperti konsumer, ritel, properti, konstruksi, serta sektor padat karya. Dengan dorongan pada belanja masyarakat dan proyek infrastruktur, emiten-emiten di sektor tersebut berpotensi mencatat kenaikan kinerja yang mencerminkan sentimen positif pasar.
Jika stimulus tersebut mampu menjaga pertumbuhan konsumsi dan investasi seperti yang diharapkan, maka IHSG berpeluang kembali menguat. Sentimen dari kebijakan ini bisa meningkatkan kejelasan arah ekonomi domestik dan meningkatkan minat investor asing terhadap pasar modal Indonesia, sehingga mengakselerasi indeks mendekati level psikologis 8.000.
Namun investor tetap disarankan untuk mewaspadai potensi volatilitas pasca-stimulus, termasuk risiko aksi ambil untung setelah kenaikan harga saham dan ketidakpastian eksternal seperti stabilitas nilai tukar rupiah dan situasi geopolitik global.