[Medan | 5 Mei 2025] Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan signifikan pada akhir pekan, Jumat (2/5/2025), dengan ditutup menguat 0,99% ke level Rp16.430 per dolar AS. Dalam sepekan, rupiah tercatat terapresiasi sebesar 2,35%, membalikkan tren negatif yang telah berlangsung selama enam pekan berturut-turut.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, menyebutkan bahwa apresiasi rupiah didorong oleh harapan tercapainya kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan China. Optimisme ini menguat setelah pemerintah China pada Jumat (22/5/2025) mengonfirmasi bahwa pihak AS telah menghubungi mereka dan membuka peluang untuk negosiasi ulang tarif.
Selain itu, pernyataan Presiden Donald Trump di awal pekan mengenai potensi perjanjian perdagangan baru dengan India, Jepang, dan Korea Selatan juga menambah sentimen positif pasar. Di sisi lain, pelemahan dolar AS turut memberikan ruang penguatan bagi rupiah. Data ekonomi AS terbaru, termasuk produk domestik bruto (PDB), payroll sektor swasta, dan klaim pengangguran mingguan, menunjukkan tanda-tanda perlambatan aktivitas ekonomi. Kondisi ini memperkuat ekspektasi pasar bahwa The Fed akan memangkas suku bunga acuannya dalam waktu dekat.
Dari dalam negeri, perbaikan nilai tukar rupiah berpotensi memberikan Bank Indonesia ruang untuk mulai melonggarkan kebijakan moneternya. Selama tiga bulan terakhir, BI telah mempertahankan suku bunga acuannya karena volatilitas rupiah, yang sempat menyentuh titik terendah historis di Rp16.957 per dolar AS pada 9 April 2025.
Namun kini, dengan penguatan rupiah yang konsisten dan sentimen global yang mulai kondusif, tekanan terhadap BI mulai mereda. Jika tren penguatan ini berlanjut dan dolar AS benar-benar memasuki fase bearish, Bank Indonesia berpotensi segera memulai siklus penurunan suku bunga sebagai stimulus tambahan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi domestik.