[Medan | 19 September 2025] Nilai tukar rupiah kembali tertekan pada perdagangan Kamis (18/9/2025). Di pasar spot, rupiah ditutup melemah 0,55% atau Rp90 ke level Rp16.527 per dolar Amerika Serikat (AS). Ini menjadi posisi terlemah dalam empat bulan terakhir, tepatnya sejak 16 Mei 2025.
Kurs tengah Bank Indonesia (Jisdor) juga melemah untuk hari kedua berturut-turut. Hari ini, rupiah Jisdor turun 0,41% atau Rp68 ke level Rp16.498 per dolar AS, sekaligus menyentuh posisi terendah sejak pertengahan Mei.
Pelemahan rupiah terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran pasar atas postur fiskal Indonesia. Pemerintah bersama Menteri Keuangan baru semakin agresif menggelontorkan belanja di sisa empat bulan terakhir 2025 untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi 5,3%. DPR pun menyetujui target defisit anggaran tahun depan sebesar 2,68% dari PDB, lebih tinggi dari rencana awal 2,48%. Target belanja negara juga direvisi naik menjadi Rp3.842,7 triliun dari sebelumnya Rp3.786,5 triliun.
Tekanan juga datang dari kebijakan moneter. Bank Indonesia telah memangkas suku bunga acuan secara akumulatif 125 basis poin sepanjang tahun ini, termasuk 25 bps pada RDG September menjadi 4,75%. Pelonggaran moneter ini menimbulkan kekhawatiran terkait aliran modal asing keluar, meskipun sejalan dengan langkah Federal Reserve yang menurunkan Fed Funds Rate 25 bps ke kisaran 4%–4,25% pada Rabu (17/9) waktu setempat.
Di Asia, rupiah tercatat sebagai mata uang dengan pelemahan terdalam kedua setelah won Korea yang terkoreksi 0,68%. Pelemahan juga dialami rupee India (-0,36%), peso Filipina (-0,29%), ringgit Malaysia (-0,21%), yen Jepang (-0,19%), dolar Taiwan (-0,10%), dolar Singapura (-0,07%), dan yuan China (-0,02%). Hanya baht Thailand yang menguat tipis 0,03%.