[Medan | 6 Agustus 2025] Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 berhasil melampaui ekspektasi. Data resmi Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis 5 Agustus menunjukkan PDB tumbuh 5,12% YoY, naik dari 4,87% pada kuartal sebelumnya dan jauh melampaui konsensus ekonom yang memperkirakan di kisaran 4,8%. Sementara secara kuartalan, ekonomi juga melonjak 4,04% QoQ, mencerminkan rebound kuat setelah kontraksi di awal tahun.
Data terbaru menunjukkan industri pengolahan menjadi penopang terbesar pertumbuhan, dengan kontribusi 1,13% secara tahunan (YoY). Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh. Edy Mahmud, menyebutkan bahwa sektor ini terus menguat dibandingkan periode sebelumnya, bahkan lebih tinggi dari kuartal II 2024 yang hanya mencapai 0,79%.
Selain industri pengolahan, sektor perdagangan memberikan kontribusi signifikan sebesar 0,70%, diikuti oleh informasi dan komunikasi 0,53%, serta konstruksi 0,47%. Edy menambahkan, lima lapangan usaha utama yaitu industri pengolahan, pertanian, perdagangan, konstruksi, dan pertambangan secara kolektif menyumbang 63,59% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Pertumbuhan juga ditopang oleh sektor jasa lainnya yang mencatat lonjakan hingga 11,31% berkat meningkatnya jumlah wisatawan, cuti bersama, dan libur sekolah. Jasa perusahaan tumbuh 9,31% seiring meningkatnya aktivitas biro perjalanan, sementara transportasi dan pergudangan naik 8,52% didorong oleh peningkatan volume penumpang dan pengangkutan barang.
Data ini mengindikasikan bahwa perekonomian Indonesia tetap solid meskipun dibayangi ketidakpastian global. Momentum liburan, belanja masyarakat, serta pemulihan pariwisata turut memperkuat aktivitas ekonomi di dalam negeri. Secara keseluruhan, hampir semua lapangan usaha tumbuh positif baik secara tahunan maupun triwulanan.
Selain sentimen domestik yang kuat, pasar juga mendapat angin segar dari global. Peluang pemangkasan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat, The Fed, pada September semakin terbuka lebar setelah data ketenagakerjaan AS menunjukkan pelemahan signifikan. Ekspektasi pemangkasan suku bunga ini memberi harapan akan aliran dana asing yang lebih deras masuk ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Dengan kombinasi pertumbuhan ekonomi di atas ekspektasi dan prospek pelonggaran kebijakan moneter global, peluang IHSG menembus level psikologis 8.000 pada Agustus memang terbuka, namun perjalanan menuju level tersebut kemungkinan tidak akan sepenuhnya mulus. Analis mengingatkan bahwa investor tetap harus mewaspadai risiko aksi ambil untung, volatilitas rupiah, dan ketidakpastian geopolitik yang masih membayangi.