[Medan | 2 Juli 2025] Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan sebesar US$4,3 miliar pada Mei 2025, jauh melampaui ekspektasi pasar. Capaian ini memperpanjang tren surplus selama 61 bulan berturut-turut, sekaligus menjadi yang tertinggi sejak awal tahun ini.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor tumbuh 9,7% (yoy) menjadi US$24,6 miliar, sementara impor naik 4,1% menjadi US$20,3 miliar.
Lonjakan ekspor ditopang oleh kinerja kuat komoditas utama seperti minyak kelapa sawit, baja, dan produk pertanian, serta sektor manufaktur yang menunjukkan pemulihan.
Di sisi lain, kenaikan impor mencerminkan peningkatan aktivitas produksi domestik, dengan barang modal dan konsumsi menjadi penyumbang terbesar. Dibanding bulan sebelumnya, surplus dagang meningkat signifikan dari posisi April yang hanya US$160 juta.
Dengan hasil Mei ini, total surplus perdagangan Indonesia sepanjang Januari–Mei 2025 telah mencapai sekitar US$15,38 miliar, naik US$2,32 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kinerja neraca dagang ini tidak hanya memperkuat cadangan devisa, tetapi juga berpotensi menjadi penopang penguatan nilai tukar rupiah di tengah tekanan global.
Meskipun begitu, ketahanan surplus ini tetap bergantung pada dinamika global. Ancaman tarif dari Amerika Serikat, perlambatan ekonomi dunia, dan ketergantungan pada komoditas non-migas menjadi faktor risiko yang perlu diwaspadai. Namun, capaian Mei menjadi sinyal positif bagi fondasi ekonomi Indonesia, khususnya dari sisi sektor eksternal yang masih menunjukkan ketangguhan di tengah ketidakpastian global.