[Medan | 1 Juli 2025] Menjelang tenggat 9 Juli 2025 dalam negosiasi tarif perdagangan dengan Amerika Serikat, pemerintah Indonesia telah mengajukan proposal kedua atau second offer secara resmi sebagai bagian dari tahap lanjutan pembicaraan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa dokumen second offer tersebut telah disampaikan kepada pemerintah AS dan telah diterima dengan baik.
Dalam tawaran terbaru ini, Indonesia menawarkan peluang kerja sama strategis di berbagai sektor, termasuk mineral kritis, energi, dan agrikultur. Namun, rincian spesifik proyek belum diungkapkan ke publik karena kedua negara terikat perjanjian kerahasiaan (non-disclosure agreement atau NDA).
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai langkah pemerintah Indonesia dalam proses negosiasi ini sangat prospektif. Ia melihat bahwa keberhasilan negara lain seperti India, Inggris, Taiwan, dan Jepang dalam menjalin kesepakatan dagang dengan AS memberikan harapan positif bagi Indonesia.
Menurut David, posisi Indonesia cukup kuat karena merupakan negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Selain itu, tawaran investasi di proyek-proyek strategis seperti pengembangan mineral kritis dan ekosistem kendaraan listrik (EV) menjadi nilai tambah tersendiri.
Ia menambahkan, keterlibatan langsung AS dalam investasi EV di Indonesia tidak hanya akan memperkaya pilihan kendaraan listrik di pasar domestik, tetapi juga mendorong masuknya arus modal asing ke sektor manufaktur. Dalam jangka panjang, ini bisa menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi dan ekspor EV untuk kawasan Asia dan regional sekitarnya.
David juga meyakini bahwa dengan adanya komitmen kerja sama tersebut, tarif dagang AS terhadap produk Indonesia yang saat ini berada di kisaran 32–40% berpotensi ditekan ke level yang lebih rendah. Penurunan tarif ini tentu akan membawa dampak positif terhadap perekonomian nasional secara keseluruhan.