[Medan | 4 November 2025] Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 0,28% month to month (mtm) pada Oktober 2025, meningkat dari 0,21% pada bulan sebelumnya.
Chief Economist Bank Syariah Indonesia (BSI), Banjaran Surya Indrastomo, menilai kenaikan inflasi bulanan tersebut menunjukkan adanya tekanan harga yang lebih tinggi dibandingkan tren historis Oktober pada tahun-tahun sebelumnya.
Menurutnya, kenaikan harga terutama dipicu oleh lonjakan harga emas perhiasan seiring reli harga emas global, serta kenaikan harga komoditas pangan seperti cabai merah dan telur ayam ras.
Selain itu, inflasi inti yang meningkat 0,39% mtm mengindikasikan adanya tekanan yang lebih persisten di luar faktor harga bergejolak. Secara tahunan, inflasi tercatat 2,86% year on year (yoy), kembali melampaui titik tengah target inflasi Bank Indonesia (BI) sebesar 2,5±1%.
Banjaran memperkirakan BI akan tetap berhati-hati dalam kebijakan moneternya dalam jangka pendek. Ke depan, stabilisasi harga emas global pasca kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan China, serta moderasi ekspektasi pemangkasan Federal Funds Rate (FFR) pada Desember 2025, diperkirakan akan membantu menahan tekanan inflasi tambahan.
Dengan demikian, inflasi diproyeksikan tetap terkendali di bawah 3% yoy pada akhir 2025. Meski begitu, potensi peningkatan curah hujan hingga Desember yang bisa mengganggu distribusi bahan pangan dan masa tanam baru masih menjadi risiko tambahan terhadap inflasi bergejolak.
Banjaran memperkirakan inflasi akhir tahun 2025 akan berada di kisaran 2,81%, naik dari 1,57% pada akhir 2024.

