[Medan | 24 November 2025] Badan Penyelenggara Investasi (BPI) Danantara berencana kembali menerbitkan Patriot Bonds senilai Rp15 triliun. Ini menjadi penerbitan kedua setelah edisi perdana yang menyerap minat sejumlah investor dengan kupon 2% per tahun. Chief Investor Officer (CIO) Danantara, Pandu Patria Sjahrir, menyampaikan bahwa penerbitan kali ini akan menyasar kelompok investor berbeda dibandingkan tahap pertama.
Kekhawatiran Return dan Potensi Crowding Out
Peneliti Departemen Ekonomi CSIS Indonesia, Deni Friawan, menilai rencana penerbitan ini memunculkan kekhawatiran mengenai efektivitas pemanfaatan dana dan prospek imbal hasil bagi investor. Ia menyoroti risiko crowding out, khususnya jika investasi Danantara melalui Patriot Bonds tidak menghasilkan dampak ekonomi yang memadai.
Dengan kupon edisi pertama hanya 2%, peluang kupon tahap kedua tidak jauh lebih menarik dinilai dapat menimbulkan opportunity loss, mengingat obligasi negara menawarkan imbal hasil lebih tinggi. Menurut Deni, sebagian investor mungkin tetap berpartisipasi bukan semata mengejar return, tetapi berharap memperoleh akses proyek atau penyelarasan kepentingan bisnis melalui keterlibatan di Danantara.
Tujuan Penggunaan Dana Dinilai Belum Fokus
Deni juga mencatat bahwa arah penggunaan dana hasil penerbitan belum sepenuhnya jelas. Danantara sebelumnya dikaitkan dengan sejumlah rencana investasi yang beragam, mulai dari sektor peternakan, energi, hingga kemungkinan mendukung program pemerintah seperti Makan Bergizi Gratis (MBG). Ia menilai sebagai sovereign wealth manager, Danantara seharusnya memiliki fokus pencapaian return yang tegas, sementara orientasi saat ini tampak terlalu luas.
Perlunya Transparansi dan Dasar Valuasi yang Kuat
Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef, M. Rizal Taufikurahman, memandang Patriot Bonds jilid kedua berpotensi menjadi sumber pembiayaan alternatif bagi proyek strategis pemerintah. Namun ia menegaskan pentingnya kejelasan tujuan penggunaan dana dan transparansi tata kelola.
Rizal memperingatkan risiko jika instrumen ini terlalu bergantung pada valuasi aset negara yang belum menghasilkan arus kas stabil. Kondisi tersebut berpotensi menciptakan persepsi adanya jaminan implisit dari pemerintah yang dapat mengarah pada distorsi fiskal. Mengingat rekam jejak Danantara masih dalam tahap pembentukan, Rizal menilai Patriot Bonds berpotensi dikategorikan sebagai aset berisiko tinggi jika pembiayaan dialirkan ke proyek yang belum matang.
Menurutnya, risiko utama mencakup ketidakpastian arus kas Danantara, kelayakan proyek, perubahan regulasi, serta belum jelasnya tingkat dukungan pemerintah, sehingga seluruh faktor tersebut perlu dihitung secara transparan sebelum penerbitan dilakukan.

