[Medan | 10 Juli 2025] Setelah sukses menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi nikel dunia, para taipan Tiongkok kini mulai mengalihkan perhatian ke sektor aluminium.
Dalam laporan Bloomberg, disebutkan bahwa sejumlah perusahaan besar asal China seperti Tsingshan Holding Group, Shandong Nanshan Aluminium, hingga China Hongqiao Group sedang mempercepat ekspansi bisnis mereka ke Indonesia dengan membangun smelter aluminium berskala besar.
Langkah ini merupakan strategi jangka panjang China untuk mengatasi keterbatasan kapasitas produksi domestik serta merespons tekanan lingkungan di dalam negeri. Goldman Sachs pun memperkirakan produksi aluminium Indonesia dapat meningkat lima kali lipat pada akhir dekade ini.
Sementara di sisi lain, Indonesia menawarkan kombinasi langka: cadangan bauksit yang besar, energi listrik murah (khususnya dari batu bara dan PLTA di Sulawesi dan Kalimantan), serta dukungan kebijakan pemerintah berupa larangan ekspor bijih bauksit mentah demi mendorong hilirisasi.
Adapun pembangunan kilang biasanya menelan biaya sekitar $1 miliar, angka yang cukup besar, tetapi harga tersebut sepadan bagi banyak perusahaan Tiongkok yang ingin mengamankan bahan baku.
Tahun ini saja, tiga kilang alumina baru, bagian penting dari proses produksi aluminium, akan mulai beroperasi. Setidaknya tiga kilang lagi diperkirakan akan beroperasi pada akhir tahun 2027, yang akan membantu kapasitas Indonesia meningkat lebih dari lima kali lipat dan melambungkan negara ini ke jajaran produsen teratas dunia, menurut konsultan CRU Group.