[Medan | 24 Juni 2025] Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) pada Mei 2025 mencapai Rp9.406,6 triliun, atau tumbuh 4,9% secara tahunan (year-on-year/yoy). Meskipun tetap mencatatkan pertumbuhan, laju ekspansi M2 ini tercatat lebih lambat dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di level 5,2% yoy. Dibandingkan posisi April 2025 sebesar Rp9.390 triliun, total M2 bulan Mei naik Rp16,6 miliar secara bulanan.
Perlambatan ini terjadi di tengah masih berlangsungnya proses penyesuaian struktural likuiditas dalam sistem keuangan. Berdasarkan komponen penyusunnya, pertumbuhan M2 pada periode tersebut terutama ditopang oleh peningkatan pada uang beredar sempit (M1), yang tumbuh 6,3% yoy, lebih tinggi dibandingkan 6,0% pada April 2025. Sementara itu, komponen uang kuasi hanya tumbuh 1,5% yoy, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencapai 2,4%.
Rincian komponen M1 menunjukkan bahwa lonjakan didorong oleh kenaikan pada giro rupiah yang mencapai Rp1.803,7 triliun atau tumbuh 6,7% yoy, meningkat dari pertumbuhan 5,9% pada bulan sebelumnya. Di sisi lain, uang kartal yang beredar di masyarakat (di luar perbankan) juga meningkat signifikan sebesar 10,7% yoy menjadi Rp1.033,6 triliun, menguat dibandingkan pertumbuhan 8,7% pada April. Sementara itu, tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu tumbuh 4,3% yoy menjadi Rp2.388,9 triliun, sedikit melambat dari pertumbuhan sebelumnya sebesar 5,0%.
Pada komponen uang kuasi, yang mencakup simpanan berjangka, tabungan non-transaksional, dan giro valas, terlihat dinamika yang beragam. Simpanan berjangka naik 2,0% yoy, tabungan lainnya melonjak 9,4% yoy, sementara giro valas justru mengalami kontraksi sebesar 2,9% yoy.
Dari sisi faktor-faktor yang memengaruhi, perlambatan pertumbuhan M2 turut dipengaruhi oleh moderasi pertumbuhan penyaluran kredit dan penurunan lebih dalam pada tagihan bersih sistem moneter kepada Pemerintah Pusat. Kredit yang disalurkan oleh perbankan tumbuh sebesar 8,1% yoy, sedikit melambat dari pertumbuhan 8,5% di bulan sebelumnya. Sementara itu, tagihan bersih terhadap pemerintah mengalami kontraksi sebesar 25,7% yoy, lebih dalam dibandingkan kontraksi 21,0% pada April 2025.
Sebagai pelengkap, aktiva luar negeri bersih tercatat tumbuh 3,9% yoy, naik tipis dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 3,6%. Kenaikan ini dapat mencerminkan membaiknya posisi neraca pembayaran Indonesia secara keseluruhan, meskipun belum cukup kuat untuk menjadi motor utama pertumbuhan likuiditas domestik.
