[Medan | 4 Desember 2025] Bencana banjir yang melanda sejumlah wilayah di Sumatra diperkirakan memberi tekanan terhadap laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada akhir tahun ini.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mencatat bahwa kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari tiga provinsi terdampak banjir—Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat—mencapai 7,8% terhadap ekonomi nasional pada kuartal I hingga III 2025. Dengan porsi ekonomi yang cukup besar tersebut, dampak banjir terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional diperkirakan berada pada kisaran -0,08% hingga -0,12%.
Andry memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 berada di angka 5,1%, namun bencana banjir membuka kemungkinan revisi penurunan proyeksi tersebut.
Sebagai pembanding, bencana gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah pada 2018 menimbulkan kerugian sebesar Rp 15 triliun hingga Rp 22 triliun, sementara gempa Lombok pada tahun yang sama menyebabkan kerugian Rp 5 triliun hingga Rp 7,7 triliun. Adapun banjir Sumatra tahun ini diperkirakan menimbulkan kerugian ekonomi jauh lebih besar, yakni sekitar Rp 32,6 triliun, dengan provinsi Aceh menyumbang sekitar 50% dari total kerugian.
Dari sisi inflasi, kontribusi wilayah Sumatra dan Aceh terhadap inflasi nasional hanya sekitar 7%, lebih rendah dibandingkan Jakarta dan Jawa Barat yang mencapai 55%. Karena itu, dampaknya terhadap inflasi nasional diperkirakan tidak signifikan, terutama jika penyaluran bantuan dapat dilakukan dengan cepat. Hal ini menjadi penting mengingat sebagian wilayah terdampak merupakan sentra produksi beras, seperti Sumatera Barat.
Secara keseluruhan, tekanan inflasi nasional relatif terkendali, namun dari sisi pertumbuhan ekonomi nasional, bencana banjir diperkirakan memberikan dampak negatif yang perlu diwaspadai pada penutupan tahun 2025.

