[Medan | 23 Juni 2025] Amerika Serikat (AS) melancarkan serangan udara terhadap tiga fasilitas nuklir strategis milik Iran pada Minggu (22/6) dini hari waktu setempat. Target serangan meliputi Fordow, Natanz, dan Isfahan, yang dikenal sebagai pusat utama pengembangan program nuklir Iran.
Serangan ini memperburuk tensi geopolitik yang telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir, menyusul konflik terbuka antara Israel dan Iran. Berikut sejumlah dampak ekonomi yang mungkin terjadi akibat eskalasi tersebut:
1. Harga Minyak Naik
Analis menyoroti kemungkinan respons Iran, yang bisa mencakup serangan balik terhadap kepentingan AS, gangguan pada infrastruktur energi regional, atau bahkan penutupan Selat Hormuz, jalur strategis yang dilalui sekitar 20% pasokan minyak dunia. Jika Selat Hormuz benar-benar terganggu, harga minyak mentah dunia bisa melonjak drastis ke level US$80 per barel, ataupun lebih.
2. Inflasi AS Berpotensi Naik Lagi
Kenaikan harga minyak global berisiko mendorong inflasi AS mendekati level 4%, karena sektor energi merupakan komponen utama dalam biaya hidup. Kenaikan harga BBM akan mendorong biaya logistik dan produksi, serta menekan konsumsi masyarakat. Kondisi ini juga diperburuk oleh kebijakan tarif Trump pada awal April.
3. Suku Bunga AS Berisiko Tertahan
Dengan tekanan inflasi yang meningkat, bank sentral AS (The Fed) berpeluang menahan rencana penurunan suku bunga. Langkah ini berpotensi memperkuat dolar AS dan memperlemah pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
4. Permintaan Safe Haven Meningkat
Dalam kondisi ketidakpastian, investor cenderung mengalihkan aset ke instrumen safe haven seperti emas. Pengamat Pasar Uang dan Komoditas, Ibrahim Assuaibi memprediksi harga emas dunia akan naik mencapai USD 3.450 per troy ons dan bahkan berpotensi naik hingga USD 3.500 per troy ons.
5. Rupiah Berpotensi Melemah
Tekanan terhadap rupiah semakin besar akibat keluarnya dana asing dari pasar domestik serta penguatan dolar AS. Kenaikan harga minyak juga memperburuk defisit energi Indonesia. Dalam jangka pendek, rupiah bisa melemah ke level di atas Rp16.400 per dolar AS.
6. IHSG Berisiko Melemah, Tapi Sektor Komoditas Diuntungkan
IHSG berpotensi melemah akibat meningkatnya ketegangan global yang mendorong investor asing keluar dari pasar negara berkembang. Namun, sektor komoditas justru bisa diuntungkan karena harga minyak dan emas melonjak seiring kekhawatiran gangguan pasokan energi dan meningkatnya permintaan safe haven.
7. Yield Obligasi Berpotensi Naik
Ketegangan AS-Iran bisa membuat investor asing menarik dana dari obligasi Indonesia, sehingga harganya turun dan yield-nya naik. Tapi kalau situasi makin buruk dan ekonomi global melemah, investor bisa balik ke obligasi karena dianggap lebih aman. Karena situasi belum pasti, obligasi tenor pendek sampai menengah lebih aman dipilih karena resikonya lebih kecil saat pasar bergejolak.