[Medan | 1 September 2025] Axiata Investments (Indonesia) Sdn. Bhd., pengendali sekaligus pemegang saham mayoritas PT Link Net Tbk (LINK), melepas 136,2 juta lembar saham pada 26 Agustus 2025. Transaksi dilakukan di harga Rp3.060 per saham dengan nilai sekitar Rp416,78 miliar. Porsi saham yang dilepas setara 4,76%, sehingga kepemilikan Axiata di LINK kini turun menjadi 70,66% dari sebelumnya 75,42%. Meski berkurang, Axiata masih berstatus sebagai pengendali mayoritas.
Sekretaris Perusahaan Link Net, Rininta Agustina Widya Pratika, menegaskan divestasi ini tidak berdampak pada kegiatan operasional maupun kelangsungan usaha perseroan. Data TradingView menunjukkan, saham LINK pada Jumat (29/8) ditutup di Rp3.770 per saham dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp10,37 triliun.
Di tengah aksi divestasi tersebut, PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) atau Surge bersama I Squared Capital asal Amerika Serikat dikabarkan menjadi kandidat kuat pembeli mayoritas saham Link Net. Mengutip DealStreetAsia, nilai transaksi diperkirakan menembus US$1 miliar atau sekitar Rp16 triliun, menjadikannya salah satu kesepakatan infrastruktur digital terbesar di Asia Tenggara tahun ini. UBS ditunjuk sebagai penasihat penjualan dalam proses divestasi ini.
Sebelumnya, Salim Group dan Sinar Mas sempat disebut berminat untuk mengakuisisi saham Link Net, meski belum ada konfirmasi resmi. Adapun Axiata bersama PT XL Axiata pernah mengakuisisi Link Net dari Lippo Group pada 2022 senilai sekitar US$500 juta dengan porsi 66,03%.
WIFI, emiten milik Hashim Sujono Djojohadikusumo yang juga adik Presiden Prabowo Subianto, kini tengah ekspansif dengan kinerja keuangan yang melonjak. Pada kuartal II/2025, perseroan membukukan laba bersih Rp277,91 miliar, naik 155% secara tahunan. Pendapatan usaha tumbuh 66% menjadi Rp513,46 miliar, sementara beban menurun menjadi Rp121 miliar. Perusahaan ini mengoperasikan lebih dari 7.000 kilometer jaringan fiber optik dan 58 pusat data edge di Pulau Jawa.
Sementara itu, I Squared Capital mengelola aset sekitar US$40 miliar di lebih dari 70 negara, termasuk investasi di EXA Infrastructure yang memiliki jaringan serat optik sepanjang 155 ribu kilometer. Perusahaan tersebut berencana mengucurkan investasi US$5 miliar di Asia Pasifik hingga 2027 untuk sektor infrastruktur digital, energi terbarukan, transportasi, dan lingkungan.