[Medan | 25 Agustus 2025] Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang melanjutkan penguatan secara terbatas pada pekan ini. Sentimen global maupun domestik masih mendukung pergerakan positif pasar, meskipun dinamika geopolitik dan ketidakpastian eksternal tetap membayangi.
Analis pasar modal Hans Kwee mengatakan, bursa Wall Street menguat setelah Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell memberikan sinyal dovish dalam pidatonya di Simposium Jackson Hole akhir pekan lalu. Probabilitas pemotongan suku bunga pada September 2025 naik dari 75% menjadi 90%.
Powell membuka pidatonya dengan menyampaikan kesiapan untuk menyesuaikan arah kebijakan jika diperlukan. Ia menekankan bahwa keseimbangan risiko mulai bergeser, sebuah pernyataan yang ditafsirkan pasar sebagai indikasi menuju pemangkasan suku bunga.
Powell juga mencatat bahwa pasar tenaga kerja meski tampak seimbang sebenarnya terbentuk dari perlambatan signifikan di sisi pasokan dan permintaan. Kondisi yang tidak biasa ini menandakan risiko penurunan di sektor ketenagakerjaan semakin besar. Jika risiko itu terwujud, dampaknya bisa muncul cepat dalam bentuk lonjakan pemutusan hubungan kerja yang mendorong naiknya tingkat pengangguran.
Selain itu, intervensi Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap independensi The Fed ikut menjadi sorotan. Hal ini menekan indeks dolar AS, sementara pelaku pasar memperkirakan setidaknya dua kali pemangkasan suku bunga oleh The Fed hingga akhir tahun.
Dari sisi geopolitik, eskalasi konflik Rusia dan Ukraina masih menjadi perhatian. Penolakan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy atas tuntutan Rusia berujung pada aksi saling serang kedua negara. Kondisi ini menekan bursa Eropa tetapi mendorong kenaikan harga minyak dunia.
Di dalam negeri, keputusan Bank Indonesia yang mengejutkan pasar dengan memangkas suku bunga acuan (BI rate) juga memberi sentimen positif. Hans menilai, jika kondisi tetap kondusif, BI masih berpotensi memangkas suku bunga lebih lanjut, yang dapat membuka ruang penguatan pasar modal Indonesia.
Fokus pelaku pasar pekan ini tertuju pada rilis data produk domestik bruto Amerika Serikat yang diperkirakan tetap stabil dan data indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi yang diprediksi meningkat. Kedua data ini akan menjadi pertimbangan utama The Fed dalam menentukan arah kebijakan moneter ke depan.
Hans memperkirakan IHSG akan bergerak dalam tren menguat dengan level support di kisaran 7.646 hingga 7.800 dan resistance di area 7.952 sampai 8.017.
Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, menambahkan bahwa penutupan pasar pada Jumat 22 Agustus menunjukkan bursa Asia berakhir menguat. Indeks Shanghai naik 1,4 persen ke level 3.826, sedangkan Hang Seng menguat 0,9 persen ke 25.339. Inflasi tahunan Jepang melambat menjadi 3,1 persen pada Juli 2025 dari 3,3 persen pada Juni, meski masih jauh di atas target Bank of Japan. Data ini memperkuat ekspektasi bahwa Bank of Japan akan mengambil pendekatan lebih hati-hati dalam kebijakan moneternya.
Tambahan katalis positif juga datang dari efektif rebalancing MSCI pada akhir bulan ini. Proses rebalancing indeks global tersebut berpotensi mendorong masuknya aliran dana asing ke saham-saham Indonesia, terutama yang masuk daftar indeks. Kondisi ini diharapkan dapat memperkuat likuiditas dan menopang pergerakan IHSG menuju level psikologis 8.000.
