[Medan | 13 Oktober 2025] Pasar modal tengah diramaikan kabar bahwa PT Anugrah Neo Energy Materials (ANEM) bersiap melaksanakan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) jumbo di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Berdasarkan informasi yang beredar di kalangan investor, dana yang akan dihimpun dari aksi korporasi ini diperkirakan bisa menembus lebih dari Rp 5 triliun.
Dari laman resmi perusahaan, Neo Energy diketahui mengelola dua tambang besar, yakni TAS dan MDK, masing-masing dengan luas area di atas 10.000 hektare dan total sumber daya mencapai ratusan juta WMT. Perusahaan ini disebut bakal menjadi produsen Green HPAL Nickel pertama di Indonesia, menjadikannya pionir dalam hilirisasi nikel ramah lingkungan.
Neo Energy juga mengoperasikan beberapa jetty untuk mendukung rantai logistik ekspor dan distribusi bahan baku. Saat ini, perusahaan tengah mengembangkan fasilitas High Pressure Acid Leach (HPAL) dengan teknologi hidrometalurgi generasi terbaru yang diklaim lebih efisien, hemat energi, dan ramah lingkungan.
Fasilitas tersebut ditargetkan mampu memproduksi ratusan ribu ton Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) per tahun, bahan utama pembuatan baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV).
Rumor pasar menyebutkan bahwa proyek HPAL Neo Energy memiliki biaya produksi jauh di bawah rata-rata industri global, hanya sekitar US$11.000–16.000 per ton. Angka ini menjanjikan margin keuntungan yang menarik dan berpotensi menjadikan Neo Energy incaran investor besar dari sektor energi bersih dan manufaktur baterai dunia.
Operasi utama Neo Energy berpusat di dua kawasan industri hijau berstatus Proyek Strategis Nasional (PSN), yaitu Neo Energy Morowali Industrial Estate (NEMIE) dan Neo Energy Parimo Industrial Estate (NEPIE). Kedua kawasan ini dilengkapi infrastruktur pendukung seperti pelabuhan laut dalam, pembangkit listrik tenaga air, serta solar farm, selaras dengan komitmen perusahaan terhadap energi berkelanjutan.
Informasi yang beredar menyebutkan bahwa Neo Energy telah menyelesaikan tahap registrasi awal IPO dan kini bersiap memasuki tahap edukasi investor dalam waktu dekat. Penawaran umum perdana saham ini ditargetkan dapat terealisasi pada akhir 2025.
Apabila rencana tersebut berjalan sesuai jadwal, ANEM berpotensi menjadi salah satu IPO terbesar di penghujung 2025, sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat industri nikel hijau dan baterai global.
Pihak Neo Energy belum memberikan konfirmasi resmi hingga berita ini diturunkan, seiring keterbatasan informasi yang tersedia di laman resmi perusahaan.