[Medan | 29 Oktober 2025] Sentimen negatif terkait rencana perubahan metodologi pembobotan indeks MSCI membuat saham-saham Grup Prajogo Pangestu terkoreksi tajam. Namun, di sisi lain, koreksi ini justru membuka peluang buy on weakness bagi investor karena potensi kenaikan atau upside yang masih cukup lebar.
MSCI tengah mengkaji penggunaan laporan komposisi kepemilikan bulanan dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sebagai tambahan acuan dalam menghitung free float saham di Indonesia. Wacana tersebut menekan saham-saham big caps, termasuk emiten milik Prajogo Pangestu, hingga menyebabkan IHSG sempat terkoreksi hampir 4%.
Pada perdagangan Selasa (28/10/2025), saham PT Chandra Asri Pacific Tbk. (CDIA) stagnan di level Rp1.765 per saham. Henan Putihrai Sekuritas merekomendasikan buy dengan target harga Rp2.430, mencerminkan potensi kenaikan sekitar 37,68%.
Saham PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) justru berbalik menguat 2,12% ke level Rp3.370 setelah sempat turun di awal sesi. Level ini telah melampaui target harga konsensus Bloomberg di Rp3.000, namun Trimegah Sekuritas masih mempertahankan rekomendasi buy dengan target Rp3.700, memberikan potensi kenaikan 9,79%.
Sementara itu, saham PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) masih melemah 1,40% ke Rp8.775 per saham. Berdasarkan survei Bloomberg, Astronaci menargetkan harga Rp12.700, sementara Sucor Sekuritas menempatkan target jauh lebih tinggi di Rp19.800. Dengan demikian, saham BREN memiliki potensi kenaikan hingga 125,64% dari level saat ini.
Dari sisi fundamental, dokumen MSCI Consultation on Free Float Methodology menunjukkan bahwa perubahan ini bertujuan meningkatkan konsistensi klasifikasi kepemilikan, terutama terhadap saham yang dimiliki asuransi, sovereign wealth funds, serta transaksi sintetis. Simulasi awal MSCI menunjukkan potensi turnover indeks Indonesia sebesar 5–13%, tergantung pada pendekatan yang diterapkan.
MSCI masih membuka periode konsultasi publik hingga 31 Desember 2025, dan hasil akhirnya akan diumumkan sebelum 30 Januari 2026. Bila disetujui, penerapan metodologi baru ini akan dilakukan bersamaan dengan review indeks MSCI edisi Mei 2026.
Dengan koreksi jangka pendek akibat ketidakpastian tersebut, saham-saham Grup Barito dinilai masih menyimpan potensi pemulihan kuat jika kebijakan MSCI tidak memberikan dampak signifikan terhadap bobot Indonesia di indeks global.

