[Medan | 17 Juli 2025] Saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) terpantau melonjak signifikan hingga menyentuh batas atas Auto Reject Atas (ARA) pada sesi perdagangan Kamis pagi (17/7), dengan naik 19,99% ke level Rp 223.250 per saham.
Saham DCII diperdagangkan pada rentang Rp201.600-Rp223.250 per saham hingga pukul 09.45 WIB, dengan volume perdagangan 32.400 saham dan nilai transaksi mencapai Rp6,84 miliar. Kenaikan ini turut mendorong kapitalisasi pasar DCII menembus Rp532,17 triliun.
Dalam paparan publik terakhir, DCII menuturkan tengah menjajaki peluang untuk melakukan pemecahan nilai saham atau stock split. Meskipun belum ada kejelasan soal waktu pelaksanaannya, manajemen mengindikasikan bahwa rencana ini tengah dijajaki. Bagi pasar, sinyal ini cukup kuat untuk dibaca sebagai upaya perseroan meningkatkan likuiditas saham dan memperluas basis investor, khususnya investor ritel yang selama ini terhalang oleh harga per saham yang tinggi.
Namun di luar isu stock split, lonjakan harga DCII juga merefleksikan keyakinan pasar terhadap prospek jangka panjang sektor data center di Indonesia. Di tengah pergeseran global menuju ekonomi berbasis teknologi, ungkapan “data is the new oil” bukan lagi sekadar jargon, melainkan realita baru yang mengubah arah investasi. Seperti minyak pada era industri, data kini menjadi komoditas paling berharga, dan perusahaan seperti DCII yang menyediakan infrastruktur fundamental bagi aliran dan pengelolaan data berada di garis depan pergeseran tersebut.
Adapun dari sisi fundamental, kinerja DCII terus mencetak pertumbuhan impresif. Per kuartal I-2025, pendapatan perusahaan melonjak 118,26% YoY menjadi Rp773,55 miliar, dengan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tumbuh hampir tiga kali lipat menjadi Rp418,84 miliar. Pertumbuhan ini menunjukkan efisiensi dan skalabilitas model bisnis perusahaan, meskipun beban pokok pendapatan turut naik.
Sementara itu, DCII telah berkembang agresif sejak 2013 dan kini menjadi market leader di industri data center Indonesia. Perusahaan mengoperasikan tujuh fasilitas yang tersebar di Cibitung, Karawang, dan Jakarta Selatan, dengan total kapasitas sekitar 119 MW.
Dengan latar belakang fundamental yang solid, rencana ekspansi agresif, dan positioning strategis di industri masa depan, penguatan saham DCII bukanlah euforia sesaat. Ini mencerminkan respons pasar yang mulai menghargai nilai intrinsik dari bisnis pusat data di era dominasi digital. Jika perusahaan mampu merealisasikan ekspansi dengan tetap menjaga efisiensi operasional dan kualitas layanan, maka DCII berpotensi menjadi raksasa teknologi infrastruktur digital Indonesia di kawasan Asia Tenggara.
Rencana stock split yang tengah menjadi perhatian pasar juga berpotensi menjadi katalis tambahan. Dengan harga saham saat ini yang sangat tinggi (di atas Rp200.000 per lembar), stock split, misalnya dengan rasio 1:10, akan menurunkan harga per lembar menjadi lebih terjangkau bagi investor ritel. Langkah ini bisa meningkatkan likuiditas dan memperluas basis investor, sekaligus memberikan ruang bagi kelanjutan tren penguatan harga.