[Medan | 15 September 2025] Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan kebutuhan impor tambahan Bahan Bakar Minyak (BBM) hingga akhir 2025 bisa mencapai 1,4 juta kilo liter (KL). Tambahan impor ini dibutuhkan oleh PT Pertamina (Persero) maupun badan usaha swasta penyedia BBM seperti Shell Indonesia, BP-AKR, dan Vivo Energy, menyusul menipisnya stok BBM di sejumlah SPBU swasta dalam beberapa pekan terakhir.
Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung menegaskan jika impor tambahan disetujui, seluruh proses akan dilakukan melalui satu pintu, yakni Pertamina. Skema ini bertujuan memastikan pasokan sesuai kebutuhan serta menghindari kendala dalam implementasi distribusi.
Yuliot juga menyebut tambahan impor kemungkinan besar akan bersumber dari Amerika Serikat. Langkah ini sejalan dengan komitmen Indonesia untuk meningkatkan perdagangan migas dengan AS. Perusahaan energi besar seperti ExxonMobil dan Chevron berpotensi menjadi pemasok. Dari sisi pencatatan, impor ini akan masuk sebagai bagian dari neraca perdagangan antara Indonesia dan Amerika.
Kebijakan impor melalui Pertamina dinilai strategis untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga BBM dalam negeri, sekaligus memperkuat hubungan dagang energi dengan AS. Namun kebutuhan impor tambahan juga menjadi sinyal bahwa ketahanan energi nasional masih menghadapi tantangan, terutama di tengah tingginya konsumsi BBM dalam negeri.