[Medan | 19 Agustus 2025] Presiden Prabowo Subianto dalam pidato Nota Keuangan RAPBN 2026 menegaskan ambisinya menjadikan Indonesia sebagai salah satu pelopor energi bersih dunia. Pemerintah menargetkan kapasitas pembangkit energi baru terbarukan (EBT) mencapai 100% dalam 10 tahun ke depan, jauh lebih cepat dibandingkan target net zero global pada 2060.
Untuk mendukung agenda tersebut, pemerintah mengalokasikan Rp402,4 triliun anggaran ketahanan energi pada RAPBN 2026. Anggaran ini mencakup Rp37,5 triliun insentif EBT, Rp16,7 triliun insentif perpajakan, Rp4,5 triliun infrastruktur energi, Rp5 triliun listrik desa, serta program subsidi energi yang diarahkan lebih tepat sasaran. Pemerintah juga menargetkan pembangunan 63 unit pembangkit EBT, program biodiesel, hingga konverter kit BBM ke BBG.
Langkah ambisius tersebut segera mengalihkan perhatian pasar ke saham-saham energi terbarukan, terutama PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) dan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO). Keduanya dipandang sebagai emiten dengan kapasitas besar untuk mendukung agenda transisi energi.
Namun, pergerakan harga menunjukkan dinamika yang berlawanan. Saham BREN terkoreksi 5,15% ke Rp8.750 pada Jumat (15/8), dengan kinerja tahun berjalan melemah 5,66%. Padahal, dari sisi fundamental, kinerja BREN cukup solid: pendapatan semester I/2025 naik 3,4% menjadi US$300,07 juta, sedangkan laba bersih melonjak 12,96% ke US$65,46 juta.
Sebaliknya, PGEO masih mencatatkan penguatan tajam secara tahunan, dengan kenaikan 62,03% year-to-date. Meski pada perdagangan Jumat lalu saham ini terkoreksi 1,62% ke Rp1.515, investor tetap menaruh minat tinggi karena kapasitas PGE dalam menggarap proyek panas bumi jangka panjang. Kendati begitu, kinerja fundamental perusahaan tertekan, dengan laba bersih semester I/2025 turun 28,37% akibat kenaikan beban pokok dan rugi selisih kurs.
Dengan arah kebijakan pemerintah yang semakin jelas, sektor EBT diperkirakan akan menjadi salah satu pilar utama pertumbuhan pasar modal Indonesia di bawah pemerintahan Prabowo. Meskipun begitu, keberlanjutan tren positif ini akan sangat bergantung pada konsistensi kebijakan fiskal dan eksekusi proyek energi terbarukan di lapangan.