[Medan | 22 Agustus 2025] PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) berpeluang mempercepat ekspansi bisnis panas bumi setelah mendapat dukungan dari Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara. Pada awal Agustus 2025, PGEO bersama PT PLN Indonesia Power (PLN IP) meneken Head of Agreement (HoA) yang difasilitasi Danantara, untuk menggarap 19 proyek dengan total kapasitas 530 megawatt (MW).
Saat ini, PGEO mengelola kapasitas terpasang 1.932 MW, terdiri dari 727 MW mandiri dan 1.205 MW bersama mitra. Perseroan juga telah mengidentifikasi cadangan panas bumi sebesar 3 gigawatt (GW) dari 10 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang dikelola mandiri. Targetnya, kapasitas mandiri naik dari 727 MW menjadi 1 GW dalam 2 tahun dan mencapai 1,7 GW pada 2034.
Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan, menilai kolaborasi PGEO, PLN, dan Danantara akan memperkuat roadmap ekspansi panas bumi nasional. Menurutnya, dengan pipeline proyek 530 MW ditambah proyek bottoming units, PGEO punya pijakan solid untuk mencapai target 1 GW dalam 2–3 tahun ke depan.
Namun, ekspansi panas bumi tidak lepas dari tantangan, mulai dari teknis eksplorasi di wilayah terpencil, kerumitan perizinan, hingga kebutuhan modal besar. Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menekankan bahwa meski padat modal, PGEO harus tetap mengeksekusi proyek sebagai bagian dari transisi energi. Penurunan suku bunga BI menjadi 5% dinilai memberi ruang lebih mudah bagi PGEO mengakses pendanaan melalui pinjaman atau surat utang.
Dari sisi pasar, saham PGEO saat ini masih dalam fase bearish consolidation. Nafan menyarankan investor wait and see, sementara Ekky merekomendasikan beli untuk jangka panjang dengan target Rp1.800–Rp2.000 per saham. Pada perdagangan Kamis (21/8), saham PGEO ditutup naik tipis 0,35% di Rp1.420 per saham, meski dalam sebulan terkoreksi 14,97%.