[Medan | 27 Oktober 2025] PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), emiten energi baru terbarukan milik Grup Pertamina, mencatat penurunan laba bersih sepanjang sembilan bulan pertama 2025 meski pendapatan meningkat.
Berdasarkan laporan keuangan terbaru, laba bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk turun 22,17% menjadi US$104,27 juta atau sekitar Rp1,73 triliun, dibandingkan US$133,99 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Pendapatan PGEO justru tumbuh 4,19% secara tahunan menjadi US$318,86 juta atau Rp5,31 triliun, dari sebelumnya US$306,02 juta. Penjualan masih didominasi oleh pihak berelasi, yakni PT PLN, dengan kontribusi sekitar US$305,74 juta, sementara penjualan ke pihak ketiga mencapai US$13,12 juta.
Manajemen menjelaskan bahwa proyek Lumut Balai 2 berkapasitas 55 MW telah beroperasi penuh sejak 29 Juni 2025 dan berkontribusi pada pendapatan hingga akhir September. Namun, kenaikan pendapatan diiringi lonjakan beban pokok penjualan menjadi US$140,21 juta dari US$120,01 juta, sehingga laba kotor tergerus menjadi US$178,64 juta atau turun 3,96% dari US$186 juta.
Penurunan kinerja laba bersih juga dipicu oleh rugi selisih kurs sebesar US$10,22 juta serta meningkatnya beban keuangan menjadi US$22,87 juta.
Dari sisi neraca, hingga akhir September 2025, total liabilitas PGEO mencapai US$957,39 juta, terdiri atas liabilitas jangka panjang US$776,53 juta dan jangka pendek US$180,85 juta. Sementara total aset tercatat US$2,96 miliar dengan ekuitas sebesar US$2 miliar.
Kinerja keuangan yang menurun di tengah kenaikan pendapatan mencerminkan tekanan dari sisi efisiensi biaya dan fluktuasi nilai tukar yang masih membayangi emiten sektor panas bumi ini.

