[Medan | 25 September 2025] Himpunan bank milik negara (Himbara) kompak menaikkan suku bunga deposito valuta asing (valas) dalam denominasi dolar Amerika Serikat (USD) menjadi 4%. Kebijakan ini dimaksudkan untuk menarik dana asing agar masuk ke Indonesia sekaligus memperkuat likuiditas perbankan di tengah ketidakpastian global. Empat bank pelat merah yang melakukan penyesuaian ini yakni Bank Mandiri, BNI, BRI, dan BTN.
Sebelum kebijakan tersebut, bunga deposito dolar di Himbara relatif rendah. BRI menawarkan di kisaran 1–2%, Mandiri 0,75–1,75%, sedangkan BTN hanya 0,2% untuk semua tenor hingga dua tahun. Dengan kenaikan menjadi 4%, suku bunga deposito valas Himbara kini mendekati level Fed fund rate, menjadikannya kompetitif di mata investor domestik maupun asing.
Direktur Utama BNI Putrama Wahju Setyawan menegaskan bahwa penyesuaian ini merupakan strategi untuk menarik kembali dana valas yang selama ini ditempatkan di luar negeri. BTN melalui Nixon LP Napitupulu menyebut langkah tersebut sebagai upaya menjaga stabilitas sektor keuangan nasional. Mandiri melalui Riduan menekankan peran bank dalam menopang stabilitas rupiah sekaligus memperkuat daya saing industri. Sementara Direktur Utama BRI Hery Gunardi menilai suku bunga baru bisa menjadi magnet bagi investor ritel maupun institusi di tengah volatilitas pasar global.
Menurut analis Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, keputusan ini terbilang berani karena bunga deposito valas Himbara sudah mendekati batas atas suku bunga acuan The Fed di 4,25%. Ia menilai kebijakan ini berpotensi mendorong dana luar negeri maupun dana milik warga Indonesia di luar negeri untuk kembali ke dalam negeri, sehingga cadangan devisa lebih kuat. Namun Direktur Eksekutif Celios, Bhima Yudhistira, mengingatkan adanya tantangan berupa selisih bunga penjaminan LPS dengan bunga bank yang cukup lebar, yang bisa membuat sebagian investor lebih memilih instrumen lain seperti SBN.
Kebijakan ini dipandang positif untuk sektor perbankan pelat merah. Dengan bunga yang kompetitif, bank-bank BUMN berpotensi memperkuat basis dana valas, meningkatkan likuiditas, dan membuka peluang bagi kinerja saham Himbara untuk kembali bergairah di bursa. Investor pasar modal kini menanti bagaimana strategi ini akan diterjemahkan menjadi pertumbuhan laba, terutama di tengah tren pelemahan rupiah dan kebutuhan stabilitas keuangan nasional.