[Medan | 19 Desember 2025] PT Mora Telematika Indonesia Tbk (MORA) dan PT Eka Mas Republik (MyRepublic Indonesia) resmi mengumumkan rencana penggabungan usaha (merger). Dalam aksi korporasi ini, Moratelindo akan menjadi entitas yang bertahan dan selanjutnya berganti nama menjadi PT Ekamas Mora Republik Tbk.
Pasca merger efektif, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) akan menjadi pemegang saham pengendali secara tidak langsung atas entitas hasil penggabungan tersebut.
Manajemen menyebut, merger ini ditujukan untuk menciptakan entitas telekomunikasi berbasis fiber yang lebih kuat, efisien, dan kompetitif, dengan skala dan kapasitas yang sebelumnya sulit dicapai masing-masing perusahaan secara mandiri. Kekuatan kedua perusahaan dinilai saling melengkapi, mulai dari jaringan backbone hingga last mile ke pelanggan ritel.
Profil dan Kekuatan Jaringan
Moratelindo merupakan Network Access Provider (NAP) dan Internet Service Provider (ISP), serta salah satu pemilik jaringan tulang punggung fiber optik terbesar di Indonesia. Hingga September 2025, Moratelindo mengoperasikan lebih dari 57 ribu km kabel fiber optik, enam data center dengan kapasitas 3,3 MW, melayani lebih dari 16,8 ribu pelanggan enterprise, hampir 1 juta homepass, serta sekitar 296 ribu pelanggan ritel.
Sementara itu, MyRepublic Indonesia—anak usaha DSSA—berfokus pada layanan fiber to the home (FTTH). Per September 2025, MyRepublic melayani lebih dari 1,52 juta pelanggan ritel, memiliki 58 ribu km jaringan fiber, serta menjangkau lebih dari 8,7 juta homepass.
Presiden Direktur DSSA Krisnan Cahya menegaskan merger ini sejalan dengan agenda pemerintah dalam mempercepat dan pemerataan ekosistem digital nasional. Menurutnya, penguatan jangkauan jaringan akan mendorong inklusi digital yang lebih luas dan berkelanjutan.
Direktur Utama Moratelindo Jimmy Kadir menambahkan, integrasi jaringan backbone dan last mile akan meningkatkan stabilitas layanan, memperluas cakupan, sekaligus mempercepat ekspansi jaringan secara lebih efisien.
Sementara CEO MyRepublic Indonesia Timotius Max Sulaiman menekankan aspek sinergi finansial, terutama melalui optimalisasi biaya operasional, pengurangan duplikasi belanja modal (capex), serta pemanfaatan aset jaringan secara terintegrasi.
Timeline dan Persetujuan
Rencana merger telah memperoleh persetujuan Direksi dan Dewan Komisaris kedua perusahaan. Saat ini, proses masih menunggu persetujuan regulator dan pemegang saham. Jika seluruh prasyarat terpenuhi, penyelesaian merger ditargetkan rampung pada semester I 2026.
Analisis Saham MORA dan DSSA
Merger ini mempertegas transformasi MORA dari pemain backbone menjadi entitas fiber terintegrasi end-to-end, mencakup enterprise, wholesale, hingga ritel. Dari sisi fundamental, skala pelanggan dan jaringan pasca merger berpotensi meningkatkan daya tawar terhadap pelanggan korporasi maupun konsumen ritel, sekaligus memperbaiki struktur biaya jangka menengah.
Lonjakan harga saham MORA yang mencapai 2.591% secara year-to-date mencerminkan ekspektasi pasar yang sangat tinggi terhadap aksi korporasi ini. Namun, dengan kenaikan yang sudah ekstrem, ruang volatilitas tetap besar, terutama menjelang proses persetujuan regulator dan detail skema merger.
Bagi DSSA, pengendalian atas entitas fiber terintegrasi membuka peluang value creation jangka panjang, terutama jika entitas hasil merger mampu meningkatkan EBITDA margin melalui efisiensi capex dan opex. Merger ini juga memperkuat posisi DSSA di sektor infrastruktur digital, yang dinilai relatif defensif di tengah siklus ekonomi yang melambat.

