[Medan | 19 Agustus 2025] Lelang frekuensi 1,4 GHz yang sedang digelar pemerintah jadi sorotan besar di pasar modal. Spektrum ini akan dipakai untuk menghadirkan layanan Broadband Wireless Access (BWA), yakni internet cepat berbasis nirkabel yang bisa menjangkau lebih banyak rumah tangga tanpa harus menarik kabel serat optik langsung ke dalam rumah.
7 Peserta Lelang
Komdigi mencatat ada tujuh perusahaan telekomunikasi yang mengambil akun lelang elektronik (e-auction) untuk memperebutkan spektrum 1,4 GHz ini:
1. PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) – pemain terbesar di Indonesia dengan layanan IndiHome dan Telkomsel.
2. PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) – anak usaha TLKM, fokus di layanan seluler.
3. PT Indosat Tbk (ISAT) – operator besar lain yang sedang ekspansif di internet rumah.
4. PT XLSMART Telecom Sejahtera (EXCL) – bagian dari XL Axiata Group.
5. PT Telemedia Komunikasi Pratama – anak usaha PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI).
6. PT Netciti Persada – pemain fixed broadband skala menengah.
7. PT Eka Mas Republik – perusahaan telekomunikasi yang mencoba masuk ke industri broadband.
Meski jumlah peserta hanya tujuh, pengamat menilai angka ini cukup positif karena membangun jaringan dengan frekuensi ini butuh investasi besar, apalagi ada syarat wajib memakai backhaul fiber optic. Hasil lelang ini akan sangat menentukan arah industri broadband Indonesia dalam beberapa tahun ke depan, baik dari sisi kualitas layanan maupun harga yang dibayar masyarakat.
Jika regulasi berjalan konsisten dan harga lelang ditetapkan pada level wajar, operator akan mampu menambah kapasitas jaringan dengan sehat. Kondisi ini membuka peluang tarif internet semakin kompetitif, kualitas meningkat, dan penetrasi broadband makin cepat meluas. Namun jika harga lelang dipatok terlalu tinggi, beban biaya akan menjadi tantangan serius. Perusahaan bisa tertekan secara keuangan, dan pada akhirnya masyarakat tetap harus membayar mahal untuk layanan internet.
Bagi pasar modal, lelang ini menjadi katalis penting terutama untuk saham dua emiten telekomunikasi, yakni PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI).
Sebagai pemain besar dengan modal kuat, TLKM dianggap paling siap memanfaatkan frekuensi baru ini. Tambahan spektrum bisa memperkuat posisi Telkom di layanan internet rumah (IndiHome) maupun bundling dengan Telkomsel. Dengan skala ekonomi yang besar, beban biaya lelang relatif lebih mudah ditanggung. Jika berjalan sesuai harapan, saham TLKM berpotensi mendapat sentimen positif dari prospek pertumbuhan pelanggan dan pendapatan data.
Berbeda dengan TLKM, WIFI masih tergolong pemain kecil. Melalui anak usahanya Telemedia Komunikasi Pratama, perusahaan ini ikut serta dalam lelang untuk memperluas model bisnis WiFi publik dan jaringan fiber. Jika berhasil, peluang bagi WIFI cukup besar untuk naik kelas. Namun, risikonya juga tinggi: kapasitas modal terbatas membuat perusahaan rentan tertekan bila harga frekuensi terlalu mahal. Investor memandang saham WIFI sebagai pilihan spekulatif, dengan potensi cuan besar jika sukses, tapi juga risiko tinggi jika gagal bersaing dengan operator raksasa.