IkutinIkutinIkutin
  • Ekonomi
  • Tren
  • Teknologi
  • Newsletter
  • Data Pasar
  • Lowongan
  • Kontak
IkutinIkutin
  • Ekonomi
  • Tren
  • Teknologi
  • Newsletter
  • Data Pasar
  • Lowongan
  • Kontak
Jelajah
  • Ekonomi
  • Tren
  • Teknologi
  • Newsletter
  • Data Pasar
  • Lowongan
  • Kontak
Follow US
2024 ©️ Fawz Finansial Indonesia. All Rights Reserved.
Bisnis

Inflasi AS Turun ke 2,9% di Juli, The Fed Siap Pangkas Suku Bunga?

By Aurelia Tanu 10 months ago Bisnis
Image source: AP/ reuters.com
SHARE

[Medan | 15 Agustus 2024] Inflasi tahunan di AS menurun selama empat bulan berturut-turut menjadi 2,9% pada Juli 2024, terendah sejak Maret 2021, dibandingkan dengan 3% pada bulan Juni dan di bawah perkiraan sebesar 3%. Selain itu, inflasi inti tahunan juga turun selama empat bulan berturut-turut menjadi 3,2%, terendah sejak April 2021, dibandingkan 3,3% pada bulan Juni.

Angka ini menunjukkan bahwa inflasi di AS semakin mendekati target yang ditetapkan oleh The Federal Reserve (The Fed). Seperti diketahui, inflasi adalah salah satu faktor utama yang dipertimbangkan oleh The Fed dalam menentukan kebijakan suku bunga. Dengan inflasi yang mendekati target 2%, kemungkinan penurunan suku bunga semakin besar.

Saat ini, pasar memperkirakan bahwa The Fed tidak hanya akan memangkas suku bunga sebesar 75 basis poin, tetapi juga berpotensi mencapai 125 basis poin hingga akhir tahun dalam tiga pertemuan FOMC berikutnya, yaitu pada bulan September, November, dan Desember. Dengan demikian, suku bunga AS diperkirakan akan berada di level 4,25% pada akhir tahun ini, turun dari 5,50% saat ini. Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan menurunkan suku bunga acuannya sebesar total 75 basis poin tahun ini, dengan penurunan suku bunga BI Rate yang kemungkinan dimulai pada bulan September.

Penurunan suku bunga oleh The Fed dan Bank Indonesia dapat memberikan dampak positif bagi pasar saham dan obligasi. Di pasar saham, penurunan suku bunga menurunkan biaya pinjaman, yang mendorong peningkatan investasi dan konsumsi, sehingga dapat meningkatkan pendapatan perusahaan dan harga saham. Selain itu, dengan imbal hasil obligasi yang lebih rendah, investor mungkin beralih ke saham untuk mencari return yang lebih tinggi, yang dapat mendorong kenaikan indeks saham.

Di pasar obligasi, penurunan suku bunga akan menyebabkan kenaikan harga obligasi yang sudah ada, karena obligasi baru akan menawarkan kupon yang lebih rendah. Obligasi dengan suku bunga tetap menjadi lebih menarik, sehingga harganya naik di pasar sekunder. Hal ini juga dapat mendorong aliran modal ke obligasi di negara berkembang seperti Indonesia, yang menawarkan yield lebih tinggi.

 

 

You Might Also Like

Morgan Stanley Borong 28,19 Juta Saham AMRT, Ada Apa?

PTBA Bagi Dividen Rp 3,82 Triliun, Setara Rp 332 per Saham

ANTM Bakal Bagi Dividen 100% dari Laba 2024, Setara Rp 151,77

Saham KRAS Mendadak ARA, Ada Apa?

Mau Restrukturisasi dan Rombak Pengurus, Saham Garuda (GIAA) Siap Terbang?

TAGGED: inflasi AS, suku bunga AS, The Fed
Aurelia Tanu August 15, 2024 August 15, 2024
Previous Article IHSG Tembus Rekor Baru di Level 7.436, Bakal Lanjut Naik?
Next Article Saham GOTO Mendadak Lompat, Ada Apa?
Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

IkutinIkutin
Komplek CitraLand Gama City, Madison Avenue, Blok R6 No. 90, Deli Serdang, Sumatera Utara, Indonesia
adbanner
AdBlocker Terdeteksi
Kami dengan hormat meminta Anda mempertimbangkan untuk memasukkan situs web kami ke dalam daftar putih AdBlocker, karena situs tersebut beroperasi dengan dukungan iklan. Keputusan Anda untuk memasukkan situs kami ke dalam daftar putih akan memberikan kontribusi besar dalam mempertahankan operasinya.
Okay, I'll Whitelist
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?