[Medan | 5 November 2025] Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah ke zona merah pada perdagangan sesi kedua, Selasa (4/11/2025). Setelah sempat menembus level psikologis 8.300 di sesi pertama, IHSG ditutup melemah 0,4% ke posisi 8.241,91.
Total volume transaksi di seluruh pasar mencapai 280,36 juta lot dengan nilai perdagangan sebesar Rp19,15 triliun dari 2,34 juta transaksi. Investor asing tercatat melakukan net buy sebesar Rp12,18 miliar di seluruh pasar, dengan nilai pembelian mencapai Rp2,48 triliun dan penjualan Rp2,47 triliun. Investor domestik masih mendominasi transaksi dengan porsi 72,17 persen dari total nilai perdagangan.
Tekanan terbesar datang dari sektor properti yang anjlok 2,62 persen, diikuti bahan baku turun 2,22 persen, dan teknologi melemah 1,15 persen. Sebaliknya, sektor industri menjadi satu-satunya penopang indeks dengan lonjakan 3,62 persen, didorong saham manufaktur dan otomotif.
Dari sisi emiten, Chitose International Tbk (CINT) memimpin top gainers setelah melesat 33,77 persen ke 206. Disusul Lotte Chemical Titan Tbk (FPNI) naik 25 persen ke 320, Pioneerindo Gourmet International Tbk (PTSP) melonjak 24,86 persen ke 1.155, Anabatic Technologies Tbk (ATIC) menguat 24,80 persen ke 780, dan Trimegah Karya Pratama Tbk (UVCR) naik 22,22 persen ke 121.
Sementara itu, saham yang mencatat pelemahan terdalam antara lain First Media Tbk (KBLV) yang merosot 14,92 persen ke 154, Jaya Sukses Makmur Sentosa Tbk (RISE) turun 14,80 persen ke 8.350, dan Puri Sentul Permai Tbk (KDTN) terkoreksi 12,71 persen ke 158. Asri Karya Lestari Tbk (ASLI) melemah 11,98 persen ke 169 dan Anugerah Spareparts Sejahtera Tbk (AEGS) turun 10 persen ke 63.
Fluktuasi IHSG kali ini dipengaruhi oleh penyesuaian portofolio investor asing menjelang rebalancing indeks MSCI yang dijadwalkan bulan ini. Pelemahan IHSG diperkirakan mereda setelah proses rebalancing selesai, seiring potensi kembalinya aliran dana asing.
Selain itu, stabilnya nilai tukar rupiah dan inflasi yang terjaga menjadi faktor pendukung pemulihan indeks dalam beberapa hari ke depan. Pelaku pasar kini menanti rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2025 yang diperkirakan menjadi katalis utama arah pergerakan IHSG pekan ini.
Selama level psikologis 8.200 bertahan, analis memperkirakan potensi rebound teknikal masih terbuka, terutama di sektor industri dan keuangan yang cenderung defensif terhadap fluktuasi global.
Equity Analyst IPOT, Imam Gunadi, mengatakan rilis data ekonomi pekan ini menjadi penentu utama arah pasar, di tengah mulai membaiknya sentimen global pasca pertemuan Presiden China Xi Jinping dan mantan Presiden AS Donald Trump di Busan, Korea Selatan, akhir Oktober lalu.
Menurut Imam, meskipun kebijakan The Fed yang menghentikan Quantitative Tightening dan kesepakatan dagang AS–China menjadi sentimen positif, trader perlu tetap waspada terhadap padatnya jadwal rilis data ekonomi domestik. “Money management dan risk management menjadi kunci utama,” ujarnya.
Ia menambahkan, investor jangka pendek sebaiknya fokus pada saham defensif dan emiten berkinerja solid, sedangkan investor jangka panjang dapat memanfaatkan momentum laporan keuangan kuartal III untuk mengevaluasi portofolio. “Musim laporan keuangan adalah waktu penting untuk menilai apakah kinerja emiten sesuai target dan mencari saham yang berpotensi turn around,” katanya.
Secara makro, konsensus Bloomberg memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2025 berada di kisaran 4,8 persen, menunjukkan perlambatan dibanding kuartal sebelumnya. Indeks PMI manufaktur juga menurun dari 51,5 ke 50,4, menandakan aktivitas produksi yang melemah.
Sementara itu, inflasi Oktober diperkirakan melandai ke 2,59 persen year-on-year dari 2,65 persen pada September, mencerminkan stabilitas harga yang relatif terjaga.
Dari sisi eksternal, sentimen global menguat setelah AS dan China mencapai kesepakatan dagang di Busan. Amerika Serikat sepakat menurunkan tarif impor produk China dari 57 persen menjadi 47 persen, sedangkan China berkomitmen membeli kembali 12 juta ton kedelai AS hingga Januari 2026.
Di pasar domestik, IHSG mencatat net buy asing sebesar Rp2,2 triliun pada pekan lalu seiring membaiknya persepsi investor terhadap hubungan dagang kedua negara.
Secara teknikal, IPOT memperkirakan IHSG berpotensi menguji level resistensi 8.354 jika data ekonomi menunjukkan stabilitas. Namun jika pertumbuhan ekonomi melambat lebih dalam dari ekspektasi, indeks berpotensi menguji support di 7.959.
“Pergerakan IHSG pekan ini akan dinamis, tergantung pada hasil rilis data ekonomi dan arah sentimen global. Investor perlu tetap disiplin dan menyesuaikan strategi dengan profil risikonya,” kata Imam.

