[Medan | 15 Oktober 2025] Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 8.066 pada Selasa (14/10), melemah 160,67 poin atau 1,95 persen dari perdagangan sebelumnya. Pelemahan tajam ini terjadi seiring meningkatnya ketegangan perdagangan global setelah Presiden AS Donald Trump kembali mengancam pemberlakuan bea impor 100 persen terhadap produk asal China.
Pengamat pasar keuangan Ibrahim Assuaibi menilai bahwa ancaman tersebut menimbulkan kekhawatiran baru di pasar global, meskipun peluang negosiasi antara AS dan China masih terbuka. Ia menegaskan bahwa tensi perang dagang tetap tinggi sehingga menekan sentimen risiko.
Menurut Ibrahim, kebijakan Trump ini menambah ketidakpastian terhadap arah perekonomian global, terutama bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia. Walaupun ada kemungkinan negosiasi, tarif tinggi ini tetap menjadi persoalan bagi pasar modal.
Sejalan dengan itu, VP Equity Retail Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi, menjelaskan pelemahan IHSG hingga nyaris 2 persen juga dipicu oleh kombinasi aksi ambil untung (profit taking) dan ketidakpastian global. Ia menyoroti bahwa kenaikan IHSG di akhir pekan lalu tidak diiringi peningkatan volume transaksi, sementara indikator teknikal menunjukkan kondisi jenuh beli (overbought).
Audi menambahkan bahwa pergeseran investasi ke aset aman turut memperdalam tekanan. Harga emas dunia bahkan mencetak rekor baru di atas US$4.100 per troy ounce, menandakan meningkatnya permintaan terhadap aset lindung nilai di tengah gejolak global. Meski begitu, ia menilai koreksi IHSG masih tergolong wajar dan belum mengarah ke kondisi yang lebih ekstrem.
Pilarmas Investindo Sekuritas dalam risetnya juga menjelaskan IHSG tumbang karena tumpukan sentimen negatif dari eksternal. Selain perang dagang AS–China, ketidakstabilan politik di Jepang juga menambah ketidakpastian global. Kedua negara besar, AS dan China, kini memperluas tensi perang dagang ke sektor maritim, dengan mengenakan biaya pelabuhan baru terhadap kapal pengangkut barang.
Sebelumnya, pasar sempat berharap ketegangan bisa mereda setelah Presiden Trump melunakkan sikapnya dan membuka peluang pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping di Korea Selatan akhir bulan ini. Namun, pernyataan tegas dari Kementerian Perdagangan China yang membela pembatasan ekspor tanah jarang justru memicu kembali kekhawatiran pasar.
Dari Jepang, Partai Komeito mengumumkan penarikan diri dari koalisi pemerintah yang dipimpin Partai Demokrat Liberal. Langkah ini menimbulkan ketidakpastian politik dan menekan kepercayaan investor di kawasan Asia. Menteri Keuangan Jepang Katsunobu Kato juga menegaskan bahwa kebijakan ekonomi saat ini berbeda dari era Abenomics, dengan fokus utama kini pada pengendalian inflasi.
Dari dalam negeri, Pilarmas mencatat pasar masih menantikan stimulus tambahan yang direncanakan pemerintah untuk mendorong daya beli masyarakat pada kuartal IV-2025. Rencana ini disebut akan diumumkan langsung oleh Presiden Prabowo setelah kembali dari kunjungan luar negeri. Selain itu, Kementerian Keuangan disebut tengah mempertimbangkan penambahan likuiditas ke bank-bank Himbara untuk menopang ekspansi kredit.
Analis Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova, memperingatkan bahwa IHSG telah menembus di bawah level support krusial 8.034, yang menandakan potensi pembentukan tren pelemahan baru. Ia memperkirakan IHSG dapat melemah lebih jauh jika masih bergerak di bawah 8.186, dengan area support berikutnya di 7.940, 7.821, dan 7.742. Sementara itu, area resistennya berada di 8.186, 8.300, 8.394, dan 8.451. Indikator teknikal MACD juga menunjukkan momentum bearish yang semakin kuat.