[Medan | 5 Desember 2025] PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) memperkuat komitmennya sebagai penggerak energi bersih nasional, setelah empat proyek strategis panas bumi perusahaan resmi masuk dalam Blue Book 2025–2029 yang diterbitkan Kementerian PPN/Bappenas. Penetapan ini merupakan hasil pengajuan melalui PT Pertamina (Persero) dan menjadi momentum penting dalam mendorong percepatan transisi energi di Indonesia.
Empat proyek yang tercantum meliputi Lumut Balai Unit 3, Lumut Balai Unit 4, Gunung Tiga/Ulubelu Extension I, serta Lahendong Unit 7–8 & Binary, dengan total nilai investasi lebih dari USD 1,09 miliar. Jika berjalan sesuai rencana, kapasitas listrik rendah emisi akan bertambah hingga 215 MW, dengan target operasi bertahap pada 2029–2032. Proyek-proyek ini merupakan bagian dari target pengembangan potensi panas bumi PGEO sebesar 3 GW.
Keempat proyek memiliki peluang memperoleh pembiayaan luar negeri melalui skema indicative concessional loan senilai USD 613 juta, yang berpotensi berasal dari lembaga multilateral seperti World Bank, ADB, JBIC, atau JICA. PGEO menilai pendanaan ini sebagai langkah nyata dalam memperkuat ketahanan dan kemandirian energi nasional.
Lumut Balai Unit 3 dengan dana investasi USD 305 juta dan Lumut Balai Unit 4 senilai USD 290 juta akan memperkuat pengembangan klaster panas bumi PGEO di Sumatra Selatan. Selanjutnya, proyek Gunung Tiga/Ulubelu Extension I di Lampung dengan nilai investasi USD 227 juta akan meningkatkan pasokan energi bersih melalui teknologi two-phase binary yang lebih efisien. Di Sulawesi Utara, proyek Lahendong Unit 7–8 & Binary dengan capex USD 274 juta ditujukan untuk memperluas pemanfaatan potensi geothermal di kawasan tersebut.
Selain mendukung peningkatan porsi energi terbarukan, proyek-proyek ini diharapkan memberikan efek berganda bagi ekonomi lokal, termasuk penciptaan lapangan kerja baru, peningkatan aktivitas usaha daerah, dan penguatan ekosistem ekonomi wilayah.
Dari sisi pendanaan, penerapan skema Subsidiary Loan Agreement (SLA) dengan bunga rendah dan tenor panjang membawa manfaat signifikan terhadap kelayakan ekonomi proyek. Skema ini berpotensi meningkatkan Internal Rate of Return (IRR) hingga 1–3%, memperkuat keberlanjutan nilai investasi jangka panjang.
PGEO selanjutnya akan memasuki tahap negosiasi dengan lembaga multilateral untuk menyusun struktur pembiayaan, suku bunga, tenor, serta persyaratan teknis dan lingkungan yang optimal. Perusahaan juga menyiapkan readiness criteria menuju Green Book sebagai pintu akses final terhadap pendanaan internasional, bersama Pertamina, Bappenas, dan Kementerian Keuangan untuk memastikan kesiapan teknis dan finansial secara menyeluruh.

