[Medan | 13 Agustus 2025] Kejaksaan Agung (Kejagung) kembali memanggil Heri Gunawan, Direktur PT Adaro Andalan Indonesia (AADI) periode 2018–2025, untuk memberikan keterangan dalam kapasitasnya sebagai saksi. Ini merupakan pemeriksaan kedua bagi Heri terkait penyidikan dugaan tindak pidana korupsi dalam tata kelola minyak mentah dan produk kilang di PT Pertamina (Persero), Subholding, serta Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) selama periode 2018–2023.
AADI merupakan bagian dari grup usaha yang dikendalikan oleh Boy Thohir, kakak kandung Menteri BUMN Erick Thohir. Meski Adaro Indonesia menjadi salah satu pihak yang dimintai keterangan, Kejagung juga memanggil sejumlah perusahaan lain yang membeli bahan bakar minyak (BBM) jenis solar dari Pertamina.
Dalam pemeriksaan yang dilakukan pada Senin, 8 Agustus 2025, Heri memberikan penjelasan kepada penyidik terkait mekanisme pembelian BBM untuk operasional grup Adaro yang dilakukan melalui tender kompetitif sejak 2015, melibatkan Pertamina dan pemasok BBM lainnya. Ia juga menjelaskan bahwa harga pembelian mengacu pada Mean of Platts Singapore (MOPS) ditambah margin, sesuai praktik umum industri.
Kontrak pembelian solar antara Adaro dan Pertamina disebut berlangsung selama 10 tahun sejak Mei 2015, dengan nilai sekitar Rp7 triliun per tahun dan volume pasokan 500–600 kiloliter per tahun. Namun, beredar informasi bahwa Adaro memperoleh diskon pembelian sebesar 45–55%, jauh di atas kisaran diskon umum di industri yang berkisar 22–23 persen.
Ray Aryaputa, Corporate Secretary AADI, menegaskan bahwa perusahaan menghormati dan mendukung proses penyidikan yang dilakukan Kejagung, serta tetap menjalankan kegiatan usaha seperti biasa. Pihaknya juga menegaskan Heri telah hadir sebagai saksi dengan itikad baik, meski perusahaan merasa tidak ada kaitan langsung antara kegiatan operasional AADI dan perkara korupsi Pertamina yang sedang diselidiki.
Potensi Dampak ke Saham AADI
Bagi investor, perkembangan kasus ini berpotensi menimbulkan tekanan psikologis terhadap harga saham AADI, terutama jika isu diskon pembelian BBM yang di atas rata-rata industri menjadi sorotan pasar. Sentimen negatif bisa muncul dalam jangka pendek, meski secara fundamental operasional AADI diklaim tetap berjalan normal.
Pelaku pasar akan menunggu kejelasan hasil penyidikan untuk mengukur dampak nyata terhadap kinerja keuangan perusahaan. Selama proses hukum berlangsung, volatilitas harga saham AADI diperkirakan tetap tinggi, seiring investor yang cenderung mengambil sikap hati-hati.