[Medan | 4 November 2025] Direktur Utama PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) Yulisar Khiat menambah kepemilikan sahamnya dengan membeli 14,83 juta saham HEAL pada Senin (27/10/2025). Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Yulisar membeli saham tersebut dengan harga Rp1.478 per saham, sehingga total nilai transaksi mencapai Rp21,92 miliar.
Yulisar menyampaikan bahwa tujuan transaksi ini adalah untuk investasi dengan status kepemilikan langsung. Setelah pembelian tersebut, kepemilikan Yulisar di HEAL meningkat dari 937,89 juta saham (6,11%) menjadi 952,72 juta saham (6,20%) dari total saham beredar.
Sebelumnya, pada 23 Oktober 2025, Yulisar tercatat menjual 177,87 juta saham HEAL, yang sempat menurunkan kepemilikannya menjadi 911,85 juta lembar dari 1,09 miliar saham.
Pada perdagangan bursa Senin (3/11/2025) hingga pukul 14.53 WIB, harga saham HEAL terpantau stagnan di level Rp1.500 per saham. Secara year-to-date (YtD), saham emiten rumah sakit ini tercatat melemah 7,98%.
Rencana Ekspansi Hermina Tambah 3 Rumah Sakit
Dalam kesempatan terpisah, Yulisar menjelaskan bahwa HEAL akan menjalin kemitraan strategis dengan Grup Astra dan Grup Djarum, seiring masuknya kedua konglomerat tersebut sebagai pemegang saham utama. Kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan efisiensi layanan Hermina Hospital Group.
Berdasarkan data kepemilikan saham, Grup Astra menggenggam 1,11 miliar saham atau setara 7,23% saham HEAL, sementara Grup Djarum memiliki 3,6% saham melalui PT Dwimuria Investama Andalan, setelah membeli 559,18 juta saham hasil buyback senilai Rp1 triliun pada Juni 2025.
Yulisar menambahkan, Hermina berencana menambah tiga rumah sakit baru—dua melalui pembangunan dan satu melalui akuisisi. Targetnya, hingga 2030, perusahaan memiliki 65–70 rumah sakit dengan kapasitas 12.000–15.000 tempat tidur.
Selain ekspansi jaringan, Hermina juga akan memperkuat layanan, memperluas riset teknologi kesehatan, serta memenuhi standar hospital base pada 2030.
Proyek pembangunan rumah sakit di Bali dan Salatiga disebut berjalan sesuai rencana. Investasi untuk rumah sakit di Badung, Bali mencapai lebih dari Rp200 miliar, sementara di Salatiga hampir Rp200 miliar, mencakup pembelian lahan, konstruksi, dan fasilitas operasional.
Rumah sakit di Bali ditargetkan soft opening pada November 2025 dan grand opening pada Desember 2025 atau Januari 2026, sedangkan rumah sakit di Salatiga diperkirakan dapat beroperasi lebih cepat dari jadwal.

