[Medan | 7 Juli 2025] Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan menghadapi tekanan koreksi pada awal pekan depan, Senin (7/7), dengan kisaran pergerakan antara 6.820 hingga 6.980.
Menurut analis Infovesta Utama, Ekky Topan, arah pasar masih dibayangi ketidakpastian dari faktor eksternal, terutama terkait kebijakan tarif baru yang akan diumumkan Amerika Serikat. Ketidakpastian tersebut membuat pelaku pasar memilih untuk bersikap wait and see, sambil menanti arah yang lebih jelas dari perkembangan global.
Selain itu, dinamika pasar juga dipengaruhi oleh rencana delapan perusahaan yang akan melantai di Bursa Efek Indonesia minggu depan. Maraknya IPO dalam waktu bersamaan berpotensi menarik likuiditas jangka pendek dari pasar sekunder, sehingga memberikan tekanan tambahan pada IHSG.
Perhatian investor juga tertuju pada rilis data cadangan devisa Indonesia, yang dijadwalkan minggu depan dan menjadi indikator penting bagi kestabilan nilai tukar rupiah serta arah kebijakan moneter Bank Indonesia.
Di sisi sektoral, saham-saham big caps mulai menunjukkan pola distribusi yang lebih menyebar, tidak lagi terkonsentrasi pada sektor perbankan. Dengan kinerja saham bank yang melemah, sektor lain, terutama yang berbasis konsumsi dan infrastruktur, berpotensi mengambil alih dukungan terhadap indeks.
Senada, Head of Retail Research MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, memperkirakan bahwa IHSG masih berisiko melanjutkan pelemahannya. Ia memproyeksikan level support IHSG berada di 6.832 dan resistance di 6.918. Untuk perdagangan hari Senin, 7 Juli, Herditya menyarankan investor memperhatikan pergerakan saham ICBP dalam kisaran harga Rp 10.925 hingga Rp 11.250, ADDI di area Rp 7.175 sampai Rp 7.325, serta SMGR di rentang Rp 2.780 hingga Rp 2.850.