[Medan | 23 Juli 2025] PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengumumkan bahwa perusahaan asal Korea Selatan akan menjadi mitra strategis ketiga dalam proyek pengolahan nikel berteknologi High-Pressure Acid Leaching (HPAL) di Sorowako, Sulawesi Selatan. Proyek ini merupakan bagian dari strategi hilirisasi besar Vale di Indonesia dan melibatkan investasi senilai US$1,7 miliar atau sekitar Rp27,7 triliun.
Plt. CEO Vale Indonesia, Bernardus Irmanto, menyatakan bahwa perusahaan telah menggandeng Zhejiang Huayou Cobalt Co. dari Tiongkok melalui perusahaan patungan bernama PT HPAL Nickel Indonesia (HNI), dan kini akan diperkuat oleh masuknya mitra dari Korea yang tengah menyelesaikan proses akuisisi lahan serta perizinan.
Proyek HPAL Sorowako menjadi satu dari tiga proyek utama Vale yang kini tengah berjalan. Dua proyek lainnya adalah HPAL Pomalaa dan smelter Bahodopi. Di Pomalaa, Vale bekerja sama dengan Huayou dan Ford Motor Company dari Amerika Serikat, dengan nilai investasi sebesar US$4,5 miliar. Sementara proyek Bahodopi di Morowali, Sulawesi Tengah, digarap bersama Tisco dan Xinhai, dengan nilai proyek mencapai US$2 miliar.
Ketiga proyek ini akan menjadi tulang punggung ekspansi vertikal Vale di Indonesia. Total kapasitas produksi dari proyek-proyek ini diperkirakan mencapai 240.000 ton MHP (mixed hydroxide precipitate) per tahun.
Menurut analisis Mirae Asset Sekuritas, proyek Pomalaa telah mencapai progres konstruksi 13,9%, Sorowako 4,7%, dan Morowali 4,5%. Pengiriman komponen utama untuk pabrik, seperti autoclave, sudah dalam perjalanan ke Indonesia dan ditargetkan mulai konstruksi akhir kuartal III atau awal kuartal IV 2025.
Analis Mirae Asset, Muhammad Farras Farhan, dalam risetnya menilai prospek jangka panjang Vale semakin cerah. Dengan target penjualan bijih saprolite sebesar 7,7 juta WMT dan bijih limonite hingga 10,5 juta WMT pada 2026, Vale diperkirakan akan menikmati margin kas 57–59%, yang berpotensi menyumbang pendapatan US$53 juta di 2025.
Farras memproyeksikan pendapatan dari bisnis HPAL Vale akan menembus US$2,4 miliar pada 2027, dengan EBITDA US$343 juta dan arus kas bebas sebesar US$214 juta. Oleh karena itu, ia merekomendasikan saham INCO dengan peringkat buy dan target harga Rp4.300 per saham, mencerminkan P/E 35,8x untuk tahun 2025.
Dengan kas bersih yang kuat dan rasio cakupan bunga 22,9 kali, Vale dinilai memiliki fleksibilitas keuangan yang solid untuk menuntaskan seluruh proyek strategisnya dan menjadi pemain utama dalam rantai pasok baterai kendaraan listrik global.