[Medan | 14 Mei 2025] Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari Rabu, 14 Mei 2025, diperkirakan akan dipengaruhi oleh meredanya tensi perdagangan antara China dan Amerika Serikat (AS). Pasar menyambut positif kabar bahwa kedua negara mencapai kesepakatan tarif sementara yang memberikan sinyal deeskalasi konflik dagang.
Sebagai informasi, pemerintah AS diketahui telah memangkas tarif impor terhadap produk asal China menjadi 30% dari sebelumnya 145%. Sebagai imbal balik, China juga menurunkan tarif terhadap barang-barang asal AS menjadi rata-rata 10%. Kesepakatan tersebut akan berlaku efektif mulai 14 Mei 2025 selama 90 hari. Namun demikian, tarif sebesar 20% terhadap produk terkait fentanyl asal China tetap diberlakukan oleh AS.
Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia, Ezaridho Ibnutama, menilai bahwa kesepakatan ini membuka ruang pemulihan sementara bagi IHSG. Menurutnya, sinyal deeskalasi antara dua ekonomi terbesar dunia ini akan menggeser ekspektasi investor dari sikap berhati-hati (risk-off) menjadi lebih berani mengambil risiko (risk-on).
Ezaridho memproyeksikan bahwa IHSG berpotensi menguat ketika pasar kembali dibuka setelah libur panjang, tepatnya pada perdagangan Rabu, 14 Mei. Bahkan, ia memperkirakan indeks dapat menembus level psikologis 7.000. Meski begitu, ia mengingatkan bahwa euforia ini kemungkinan hanya bersifat jangka pendek atau merupakan rebound teknikal semata (dead cat bounce).
Menurutnya, IHSG masih menghadapi tekanan dari sisi likuiditas karena posisi investor asing yang masih mencatatkan aksi jual bersih. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing mencatatkan net sell di seluruh pasar senilai Rp 3,26 triliun selama periode 5–9 Mei 2025.
Lebih lanjut, Ezaridho mengungkapkan bahwa daya tarik investasi dalam negeri juga mulai berkurang. Gelembung investasi yang sebelumnya terbentuk dari dorongan hilirisasi nikel dan digitalisasi mulai meredup karena tingkat pengembalian investasi (ROI) yang dinilai kurang menarik. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi yang lemah, disinflasi, serta penyusutan kelas menengah juga menjadi batas atas terhadap potensi penguatan IHSG di tengah sentimen global yang membaik.
Sebagai gambaran, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal I-2025 hanya tumbuh sebesar 4,87% secara tahunan (YoY), jauh di bawah ekspektasi. Kondisi tersebut sudah terjadi bahkan sebelum Presiden Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif global pada 2 April 2025. Hal ini mengindikasikan bahwa laju ekonomi nasional kemungkinan akan melambat lebih lanjut pada kuartal II-2025, yang diperkirakan berada di kisaran 4,68% hingga 4,83% YoY.
