[Medan | 15 Oktober 2025] Emiten Grup Astra, PT United Tractors Tbk. (UNTR), tengah menjajaki kemungkinan kerja sama dengan PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) untuk memperkuat pasokan emas di dalam negeri. Langkah ini sejalan dengan upaya UNTR memperluas bisnis emas setelah mengakuisisi tambang milik PT J Resources Tbk. (PSAB) beberapa waktu lalu.
Saat ini, Antam masih mengandalkan impor sekitar 30 ton emas per tahun untuk memenuhi kebutuhan bahan baku produksinya. Impor dilakukan karena produksi emas Antam belum mencukupi, sementara sebagian besar perusahaan tambang lebih memilih mengekspor atau menjual hasil tambangnya ke industri perhiasan. Produksi emas Antam sendiri hanya sekitar 1 ton per tahun, sedangkan kebutuhan emas nasional diperkirakan mencapai 45 ton. Padahal, potensi produksi emas Indonesia dapat mencapai 90 ton per tahun.
Corporate Secretary UNTR Sara K. Loebis menegaskan bahwa rencana kerja sama dengan Antam masih dalam tahap pembahasan dan belum mencapai kesepakatan final. “Kerja sama dengan Antam untuk output dari tambang yang baru sedang kami proses,” ujar Sara kepada Bisnis, Selasa (14/10/2025).
Selama ini, UNTR telah berupaya memperkuat pasokan emas domestik melalui penjualan di pasar dalam negeri, meski porsinya masih lebih kecil dibandingkan ekspor. Menurut Sara, keterbatasan pasar perak di dalam negeri menjadi salah satu faktor yang membatasi penjualan lokal, karena produk emas UNTR dijual dalam bentuk bundling bersama silver.
Berdasarkan laporan keuangan semester I/2025, kontribusi lini bisnis pertambangan emas mencapai 10,19% dari total pendapatan UNTR, tumbuh 59,74% secara tahunan (YoY). Tambang emas UNTR dikelola oleh anak usaha PT Agincourt Resources (PTAR), di mana UNTR memiliki 95% saham. Tambang yang beroperasi di Tapanuli Selatan, Sumatra Utara itu memiliki luas area 479 hektare dan telah beroperasi sejak 2012.
Sebagai bagian dari ekspansi bisnisnya, UNTR melalui PT Danusa Tambang Nusantara (DTN) telah menandatangani perjanjian jual beli bersyarat dengan anak usaha PSAB, PT J Resources Nusantara (JRN), untuk mengakuisisi 99,99% saham PT Arafura Surya Alam (ASA). Selain itu, anak usaha lain UNTR, PT Energia Prima Nusantara (EPN), juga meneken perjanjian dengan pemegang saham individu Jimmy Budiarto untuk membeli 0,00004% saham ASA serta 0,2% saham PT Mulia Bumi Persada (MBP).
Seluruh perjanjian tersebut ditandatangani pada 12 September 2025, dengan nilai transaksi mencapai US$540 juta atau sekitar Rp8,84 triliun, menggunakan asumsi kurs Rp16.375 per dolar AS. Langkah UNTR ini diharapkan dapat memperkuat kemandirian pasokan emas nasional serta mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor emas di masa depan.