[Medan | 2 September 2025] Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Budi Gunawan menyatakan situasi di sejumlah wilayah mulai kondusif setelah rentetan demonstrasi yang sempat memanas beberapa hari lalu. Kondisi ini terwujud berkat kerja sama antara aparat, pemerintah daerah, dan masyarakat. Dengan situasi yang lebih tenang, roda perekonomian perlahan kembali bergerak efektif.
Gelombang aksi protes yang berujung anarkis sebelumnya menghantam pasar keuangan domestik. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat melemah 1,21% ke level 7.736 pada Senin, 1 September 2025, dengan investor asing membukukan net sell sebesar Rp2,15 triliun. Meskipun begitu, secara year-to-date IHSG masih mencatatkan penguatan 9,27%. Penurunan IHSG tak lepas dari kecemasan pasar pada 29 Agustus dan 1 September lalu, ketika aksi demonstrasi meluas di beberapa kota besar.
VP Equity Retail Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menilai pasar masih merespons dengan hati-hati. IHSG sempat jatuh lebih dari 3% pada pembukaan perdagangan Senin pagi, sementara kepercayaan pasar belum sepenuhnya pulih setelah aksi jual asing Rp1,1 triliun pada akhir pekan sebelumnya. Meski begitu, Audi optimistis IHSG punya potensi rebound jika kondisi keamanan terus membaik.
Fundamental ekonomi Indonesia juga menunjukkan sinyal perbaikan, tercermin dari pertumbuhan PDB kuartal II-2025 sebesar 5,12 persen, kembalinya ekspansi pada S&P PMI Manufaktur, serta kestabilan nilai tukar rupiah sebelum gelombang aksi massa. Selain itu, ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed hingga 50 basis poin dan gencatan tarif AS-China dapat mendorong masuknya kembali modal asing ke pasar saham domestik.
Kepala Riset dan Ekonom Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnusubroto menambahkan bahwa pasar sangat sensitif terhadap dinamika politik dan keamanan. Aksi massa yang memuncak pada akhir pekan di Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Makassar, dan Yogyakarta memperbesar ketidakpastian sehingga menekan sentimen investor.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Ahmad Maximilianus Nico Demus menilai meski situasi mulai kondusif, pelaku pasar masih menunggu arah kebijakan pemerintah berikutnya. Menurutnya, kepastian langkah pemerintah akan sangat menentukan arah IHSG dalam beberapa hari ke depan.
Di tengah kondisi yang masih penuh volatilitas, sejumlah saham tetap dinilai menarik. Harga emas dunia yang naik menuju US$3.400 per troy ounce mendorong potensi saham sektor logam mulia seperti ANTM, BRMS, ARCI, dan PSAB. Saham konsumer non-siklikal juga relatif defensif karena permintaannya stabil di tengah situasi ekonomi yang belum pasti.
Kiwoom Sekuritas menyarankan untuk memantau sektor barang baku dan defensif, dengan rekomendasi jangka pendek BBRI dengan target Rp4.250, AMMN dengan target Rp8.450, serta BRMS dengan target Rp505. Sementara itu, Mirae Asset Sekuritas merekomendasikan strategi buy on weakness pada saham TLKM, JPFA, KLBF, TOWR, dan MTEL, yang diperkirakan akan mendapat dukungan dari potensi pelonggaran kebijakan moneter Bank Indonesia.