[Medan | 4 September 2025] PT Visi Media Asia Tbk (VIVA), perusahaan media afiliasi Grup Bakrie, berhasil membalikkan kondisi keuangannya pada semester I-2025. Emiten ini mencatat laba bersih Rp 1,19 triliun, berbalik dari rugi bersih Rp 697,5 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Dengan capaian tersebut, rasio laba bersih terhadap pendapatan melonjak hingga 249,6 persen.
Direktur VIVA, Jastiro Abi, menjelaskan lonjakan laba terutama disumbang oleh implementasi Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang memperbaiki struktur modal dan mengurangi beban keuangan. Meskipun begitu, pendapatan perseroan justru turun 19,3 persen menjadi Rp 477,9 miliar akibat berkurangnya iklan pasca-Pemilu 2024.
Sejalan dengan itu, beban program turun 7,5 persen menjadi Rp 168,1 miliar dan beban umum serta administrasi susut 13 persen menjadi Rp 326,6 miliar. Namun, penurunan pendapatan membuat laba usaha berbalik rugi Rp 16,7 miliar dan EBITDA tertekan 63,6 persen menjadi Rp 32,8 miliar dengan marjin yang menyusut ke 6,9 persen. Abi menyebut pihaknya akan mengandalkan kinerja ANTV untuk menopang perbaikan EBITDA di paruh kedua tahun ini.
Restrukturisasi utang juga menjadi perhatian utama. VIVA saat ini masih menanggung utang Rp 6,09 triliun, namun reprofiling melalui PKPU telah mendapat persetujuan seluruh kreditur. Hasilnya, struktur permodalan menjadi lebih sehat dan ekuitas meningkat menjadi Rp 418,97 miliar pada semester I-2025.
Selain faktor fundamental, kondisi eksternal ikut menjadi katalis bagi saham media. Aksi demonstrasi yang belakangan terjadi justru meningkatkan kebutuhan masyarakat terhadap informasi, sehingga memberi peluang bagi perusahaan media untuk meraup pendapatan tambahan dari trafik dan iklan. Sejarah mencatat, saham media kerap diuntungkan saat terjadi dinamika politik dan sosial yang mendorong tingginya konsumsi berita.
Dengan perbaikan struktur keuangan, restrukturisasi utang yang tuntas, serta sentimen eksternal yang mendukung, saham VIVA dinilai berpotensi bangkit setelah lama “tertidur”. Investor kini menanti apakah momentum positif ini mampu berlanjut di paruh kedua 2025.