[Medan | 31 Juli 2025] Konglomerat Prajogo Pangestu ternyata memiliki jejak kuat di balik bisnis PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS). Melalui dua perusahaannya, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) dan PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA), Prajogo menguasai saham di dua entitas penting milik KRAS, yakni PT Krakatau Daya Listrik, yang kini berubah nama menjadi PT Krakatau Chandra Energi (KCE), dan PT Krakatau Tirta Industri (KTI).
Akuisisi ini terjadi pada 27 Februari 2023 dengan nilai transaksi mencapai Rp3,24 triliun, terdiri dari Rp2,25 triliun untuk KCE dan Rp985 miliar untuk KTI. Dana segar ini membantu KRAS melunasi utang Tranche B sebesar Rp2,7 triliun, meskipun perusahaan masih menanggung liabilitas sekitar Rp4,3 triliun.
Pasca akuisisi, TPIA memegang 70% saham KCE, sementara KTI dikelola CDIA dengan porsi 30%. Namun, pada 2024, perjanjian pemegang saham diamandemen, sehingga pengendalian KTI beralih ke PT Krakatau Sarana Infrastruktur (KSI).
Kinerja Anak Usaha dan Kondisi KRAS
Anak usaha hasil akuisisi ini menunjukkan kinerja cukup solid. Krakatau Chandra Energi pada semester I-2025 mencatat pendapatan bersih US$48,97 juta dengan laba US$3,89 juta. Sementara laporan terbaru KTI belum tersedia, meski pada 2024 entitas ini membukukan pendapatan US$35,05 juta dan laba US$12,92 juta.
Namun, laporan keuangan konsolidasi KRAS justru menunjukkan peningkatan kerugian. Pendapatan naik 3,63% YoY menjadi US$460,82 juta, tetapi beban pokok melonjak 7,67% YoY, sehingga laba bruto tertekan 29,58% menjadi US$33,96 juta. Kerugian operasional pun membengkak dari US$4,83 juta menjadi US$22,39 juta. Rugi bersih meningkat signifikan dari US$64,15 juta menjadi US$107,11 juta, dengan kontribusi negatif dari joint ventures seperti PT Krakatau Posco (rugi US$28,22 juta) dan PT Krakatau Osaka Steel (rugi US$12,99 juta).
Masuknya Prajogo melalui TPIA dan CDIA bukan hanya soal investasi, melainkan strategi menguasai rantai nilai pendukung industri baja, mulai dari pasokan energi hingga pengelolaan air industri. Bagi grup Chandra Asri, akuisisi ini memperkuat integrasi bisnis yang memadukan sektor petrokimia, energi, dan infrastruktur.
Sebaliknya, bagi KRAS, penjualan aset non-baja memberikan likuiditas jangka pendek, tetapi mengurangi kendali atas unit usaha yang sebelumnya menopang kinerja. Walau begitu, kolaborasi dengan entitas Prajogo berpotensi membantu KRAS dalam efisiensi operasional dan penguatan struktur bisnis.