[Medan | 10 Desember 2025] Harga saham PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN) terus mencetak penguatan signifikan dalam dua bulan terakhir. Lonjakan ini terjadi seiring terjalinnya kerja sama strategis antara TRIN dan salah satu anggota keluarga Presiden Prabowo Subianto.
Pada penutupan perdagangan Jumat, 5 Desember 2025, saham TRIN bertahan di Rp 1.030, melesat 9,57% dan menembus batas auto rejection atas (ARA). Sejak awal Oktober, saham TRIN telah berulang kali menyentuh ARA. Sebagai gambaran, pada 1 Oktober 2025, harga saham TRIN masih berada di level Rp 108.
Kerja Sama dengan Rahayu Saraswati
Dalam keterbukaan informasi tanggal 4 Desember 2025, TRIN mengungkap telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan Rahayu Saraswati D. Djojohadikusumo, keponakan Presiden Prabowo. Penandatanganan dilakukan pada 2 Desember 2025.
Kerja sama ini memberikan opsi pengalihan saham kepada Rahayu dari dua pemegang saham utama TRIN:
- PT Kunci Daud Indonesia (KDI)
- PT Intan Investama Internasional (III)
Pada tahap awal, pengalihan saham dapat mencapai 5%, dan pada opsi lanjutan bisa meningkat hingga 20%, dengan harga saham ditentukan saat transaksi.
Direktur Utama TRIN Ishak Chandra menegaskan bahwa transaksi ini tidak berdampak material terhadap operasional maupun kondisi keuangan perseroan.
Kinerja Berbalik Positif pada 2025
TRIN menunjukkan pemulihan kinerja keuangan yang kuat pada kuartal III 2025. Perseroan mencatat laba bersih Rp 28,48 miliar, berbalik dari rugi Rp 45,21 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pembalikan kinerja ini terjadi meski pendapatan turun 6,52% yoy menjadi Rp 181,60 miliar.
Marketing Revenue Tumbuh Hampir 15%
Dari sisi pemasaran, TRIN membukukan marketing revenue Rp 942,7 miliar hingga Oktober 2025, naik 14,79% dari bulan sebelumnya. Pertumbuhan terutama ditopang oleh dua proyek unggulan:
- Sequoia Hills Sentul – kontribusi terbesar 61%
- Collins Boulevard Serpong – kontribusi 13%
Dengan dukungan kerja sama strategis serta peningkatan kinerja pemasaran, prospek TRIN dinilai lebih solid memasuki 2026, terutama jika ekspansi proyek dapat memberikan kontribusi berkelanjutan terhadap pendapatan perseroan.
